• Indeks
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Kamis, 3 Juli 2025
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
Genta Andalas

Home Sastra dan Budaya Khasanah Budaya

Bongko: Makanan Khas Masyarakat Lima Puluh Kota

oleh Redaksi
Sabtu, 20 Februari 2021 | 18:36 WIB
di Khasanah Budaya, Sastra dan Budaya
0
ShareShareShareShare

Oleh : Khoiratul Fitri Syahdia*

Bagi masyarakat khususnya kalangan orang tua di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar) pasti tidak asing dengan makanan gurih dan manis yang dibungkus menggunakan daun pisang. Makanan khas Lima Puluh kota yang sudah jarang dibuat bahkan jarang milenial ketahui, apalagi kalau bukan bongko.

Saat ini, cukup sulit mendapatkan pedagang yang menyediakan makanan khas ini. Akibat perkembangan zaman yang menggeser kepopuleran hal-hal tradisional termasuk makanan serta sedikit kerumitan dalam pembuatan bongko membuat eksistensinya makin terkikis.

BacaJuga

Tradisi Tolak Bala Masyarakat Nagari Parambahan Membina Kerukunan Antar Warga

Dengke Naniura Cita Rasa Sashimi Khas Indonesia dari Suku Batak

Meskipun begitu, bongko tetap menjadi incaran bagi masyarakat perantau yang kembali ke Lima Puluh Kota. Sebagian masyarakat tetap menjaga kelestarian bongko dengan mengenalkan dan mengajarkan cara pembuatan bongko kepada anak-anak mereka.

Bongko dikenal dengan keunikan cara pembuatannya, tidak banyak masyarakat yang pandai untuk membuatnya. Saat perantau pulang, bongko juga menjadi makanan yang dicari dan sering dipesan kepada para penjual bongko di Lima Puluh Kota.

“Bongko ini adalah makanan khas masyarakat Lima Puluh Kota tepatnya di Nagari Kubang. Makanan ini selalu menjadi menu khas bagi warga disini dan sangat di cari-cari oleh para perantau”, ujar Widya, salah satu warga di Lima Puluh Kota.

Bongko sendiri terbuat dari olahan tepung beras dan pandan yang beri isian gula merah, kemudian dikuahi dengan gula merah yang sudah dicairkan dengan santan terlebih dahulu. Setelah itu, adonan bongko dibungkus dengan daun pisang dan dikukus beberapa menit. Kemudian, bongko siap dihidangkan dan disantap.

Jika dilihat sekilas, bongko hampir mirip dengan kue nagasari. Dikatakan mirip karena sama-sama terbuat dari tepung yang kemudian dibungkus dengan daun pisang. Namun, pada bongko bagian tengahnya diisi gula merah, sedangkan nagasari berisi potongan pisang. Kemudian perbedaan lain dapat kita lihat pada warna. Bongko hanya dikenal berwarna hijau karena adonan terbuat dari daun pandan, tetapi nagasari dapat ditemui dengan banyak warna seperti putih, hijau, merah, dan biru. Kemudian, bongko dan nagasari ini juga berbeda jika kita lihat dari segi cara memasaknya. Nagasari dimasak di atas api sedangkan bongko ini dimasak dengan cara di kukus.

Bagi masyarakat Lima Puluh Kota, bongko akan lebih enak jika disantap bersama lemang. Perpaduan bongko dan lemang ini menambah nikmat makan bagi penikmatnya.

Bongko ini sendiri memiliki rasa manis khas dan agak sedikit kenyal, membuat makanan yang dibungkus dengan daun pisang ini, menjadi lebih gurih dinikmati untuk sajian saat cuaca panas. Bongko juga dapat dijadikan camilan disela-sela bekerja. Kekenyalanya membuat orang akan semakin tertarik untuk ingin memakannya.

*) Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Andalas

Label: Khasanah budayasumbarTradisional
BagikanTweetBagikanKirim

Komentar

TERPOPULER

  • Keindahan Pemandian Lubuk Minturun, Berenang Sembari Memberi Makan Ikan

    Keindahan Pemandian Lubuk Minturun, Berenang Sembari Memberi Makan Ikan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Potret Festival Hari Anak di CFD Padang Bersama Komunitas Aruna

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Legal Tapi Tidak Adil, Izin PT. Sumber Permata Sipora Ancam Pulau Sipora

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Gantikan Sistem Usang, MYUNAND Belum Siap Pakai

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Festival Hari Anak: Ruang Bermain, Belajar, dan Tumbuh Bersama

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak