Jumat, 9 Mei 2025
No Result
View All Result
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
No Result
View All Result
Genta Andalas
No Result
View All Result

Home Featured

Belajar Mufakat dari Batu Kurai Limo Jorong

by Redaksi
Jumat, 12 Februari 2021 | 18:13 WIB
in Featured
0
Situs Cagar Budaya Batu Kurai Limo Jorong yang berada di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh, Kota Bukittinggi. (Genta Andalas/Reza Aulia)

Situs Cagar Budaya Batu Kurai Limo Jorong yang berada di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh, Kota Bukittinggi. (Genta Andalas/Reza Aulia)

ShareShareShareShare

Oleh : Reza Aulia*

Batu Kurai Limo Jorong adalah peninggalan bersejarah berupa lima buah batu yang didirikan oleh orang Kurai asli pada zaman dahulu yang berada di Jl.Kurai, Parit Antang, Kec. Aur Birugo Tigo Baleh, Kota Bukittinggi. Dinamakan Kurai Limo Jorong karena pada awalnya masyarakat yang menghuni kelima jorong di sana yaitu Tigo Baleh, Guguk Panjang, Aur Birugo, Mandiangin, dan Koto Selayan. Batu yang sekarang dijadikan monumen ini, menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Letak cagar budaya ini di tepi jalan raya, secara tidak langsung orang-orang yang sedang berkendara dapat melihat batu kurai limo jorong ini. Maka dari itu, ramai para wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal yang datang silih berganti ke cagar budaya ini karena sejarahnya yang unik dan berbau budaya.

Menurut seorang warga asli Kurai, Irsyad, suku antar batu yang ada pada cagar budaya ini ialah suku guci, suku tanjung (ada dua), suku yangpituan, dan suku jambak. Batu Kurai Limo Jorong ini berguna sebagai tempat musyawarah untuk merencanakan sesuatu yang ingin dikerjakan untuk perubahan atau kemajuan jorong, misalnya musyawarah untuk membuat jalan, membuat aliran sawah, dan pemilihan untuk menggantikan datuk yang meninggal antar sukunya. Maka dilakukanlah musyawarah dan mufakat di cagar budaya Batu Kurai ini.

BacaJuga

Cita Rasa Tradisional Sagun Bakar, Kue Khas Minangkabau

Janjang 40, Spot Foto Berlatar Pemandangan Kota, dari Era Kolonial

Batu Kurai Limo Jorong ini dibangun karena dahulunya tidak ada benda seperti kursi dan tembok. Karena cuma ada batu, jadi orang-orang pada zaman dahulu mendirikan lima buah batu di atas tanah yang sekarang diolah dan diberi keramik. Jadi para datuk duduk bersandar di depan batu menurut sukunya masing-masing. Batu Kurai Limo Jorong ini didirikan oleh datuk dari suku dan dibantu oleh para anggota dari sukunya masing-masing. Mereka bergotong royong dalam menegakkan lima buah batu tersebut. Bapak Irsyad juga menuturkan kalau dia tidak ingat kapan berdirinya cagar budaya ini karena sudah sangat lama. “Yang jelas Batu Kurai Limo Jorong ini dibangun bersama-sama oleh para datuk dari kelima suku tersebut,” ujar Pak Irsyad.

Di belakang cagar budaya Batu Kurai Limo Jorong ini, ada sebuah musalla yang dinamakan Balai dan juga ada kolam di depannya. Batu Kurai ini terbuka untuk umum. Siapa saja boleh melihat cagar budaya ini. Warga sekitar sangat menjaga warisan turun temurun dari nenek moyang mereka. Warga di Jorong Kurai selalu membersihkan area cagar budaya, sehingga selalu terlihat bersih dan nyaman untuk dipandang.

Bapak Irsyad juga menjelaskan gelar datuk-datuk pada lima suku tersebut, yaitu Datuk Bandaro, Datuk Rang Kayo Muliya, Datuk Rajo Endah, dan Datuk Pangulu Sati. Kelima gelar dari datuk inilah yang secara bersama-sama membangun dan mendirikan Batu Kurai Limo Jorong ini. Sehingga sampai sekarang sejarahnya masih sangat dikenang oleh warga tersebut. Sebelum gelar ini disandang oleh para calon datuk, haruslah dilakukan suatu upacara adat yang sekurangnya memotong seekor kerbau, kemudian diadakan jamuan makan. Dan jika calon datuk tersebut tidak mampu untuk mengadakan acara tersebut, maka dia tidak berhak untuk menyandang gelar sebagai seorang datuk. Gelar datuk juga dapat disamakan dengan pemimpin suatu kaum atau suku. Gelar itu khusus untuk satu suku, tetapi kadang kala ada juga gelar datuk diberikan kepada seseorang hanya sebagai gelar kehormatan saja.

Selain itu, Bapak Irsyad juga menjelaskan kalau masyarakat Kurai juga memiliki keunikannya sendiri, yaitu mata pencaharian mereka pada umumnya ialah ke sawah. Sawah-sawah yang di kelola sudah cukup untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari mereka, sehingga mereka tidak mencoba pekerjaan yang lain dan tidak bekerja lebih keras lagi. Cagar budaya Batu Kurai Limo Jorong ini juga harus dijaga bersama-sama karena merupakan warisan dari nenek moyang yang sangat penting untuk ke depannya dan juga sebagai lambang adanya kekhasan tersendiri di jorong Kurai. Serta sangat penting untuk dilestarikan karena memiliki nilai penting bagi sejarah, kebudayaan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan juga agama.

*) Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Andalas

Tags: adatBukittingiFeaturesejarah
ShareTweetShareSend

Discussion about this post

TERPOPULER

  • Atap Bagonjong pada Rumah Gadang sebagai Identitas Sosial Masyarakat Minangkabau

    Atap Bagonjong pada Rumah Gadang sebagai Identitas Sosial Masyarakat Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gedung FKM UNAND Kampus Jati Alami Kebakaran, 7 Unit Mobil Damkar Dikerahkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aksi Sumbar Bersama Palestina: Massa Serukan Penangkapan Netanyahu dan Galang Rp1,5 Miliar Donasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Privasi di Ujung Jari: Ancaman Nyata di Balik Media Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ratusan Ribu Warga Padang Bersatu: Solidaritas Tanpa Batas untuk Gaza.

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inovasi Teknologi: Solusi Modern untuk Pelestarian Budaya Lokal di Tengah Globalisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Uang Japuik, Adat Pariaman yang Masih Sering Disalahartikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aliansi BEM Sumbar Gelar Aksi Mei Melawan, Peringati May Day dan Hardiknas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Potret Aksi KAMMI Sumbar di Depan Gedung DPRD, Ajukan Tuntuntan Untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jurnalis Perempuan dalam Bayang Teror: Ketika Intimidasi Menjadi Senjata untuk Membungkam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak