Jumat, 9 Mei 2025
No Result
View All Result
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
No Result
View All Result
Genta Andalas
No Result
View All Result

Home Sastra dan Budaya Khasanah Budaya

Atap Bagonjong pada Rumah Gadang sebagai Identitas Sosial Masyarakat Minangkabau

by Redaksi
Rabu, 28 Desember 2022 | 14:29 WIB
in Khasanah Budaya, Wawasan
0
(Ilustratsi/Fadhilah Lisma Sari)

(Ilustratsi/Fadhilah Lisma Sari)

ShareShareShareShare
(Ilustrator/Fadhilah Lisma Sari)

Rumah adat masyarakat Minangkabau memiliki desain bangunan yang cukup unik, terutama pada bagian atapnya yang memiliki lengkungan dan meruncing ke atas langit. Selain memiliki desain bangunan yang unik, rumah adat masyarakat Minangkabau atau yang sering disebut sebagai rumah gadang ini menyimpan kekayaan makna yang terkandung di dalamnya. Desain atap bagonjong pada rumah gadang pada saat ini telah menjadi identitas sosial masyarakat Minangkabau. Bila melihat atap bagonjong, konotasinya akan langsung berkaitan dengan kebudayaan Minang atau orang bersuku Minang.

Pada dewasa ini, atap bagonjong pada rumah gadang Minangkabau tidak hanya terdapat pada bangunan rumah adat tersebut. Melainkan, dapat dijumpai pada bangunan instansi seperti kantor gubernur, masjid seperti pada masjid raya, ataupun pada restoran dan rumah makan terutama rumah makan yang berada di luar Sumatra Barat. Hal ini disebabkan atap bagonjong telah beralih fungsi sebagai identitas sosial dan sebagai identitas Minangkabau.

Dosen Antropologi, Erwin Resna mengungkapkan bahwa terdapat banyak struktur penopang dalam rumah gadang telah melemah dan menyebabkan fungsi rumah gadang dalam arti yang sesungguhnya tidak lagi terlihat dalam kehidupan sekarang ini. Dahulu, rumah gadang difungsikan sebagai rumah tempat keluarga besar berkegiatan sehari-hari. Selain itu, rumah gadang juga dijadikan tempat perhelatan acara adat, seperti perkawinan ataupun batagak gala.

BacaJuga

Tradisi Tolak Bala Masyarakat Nagari Parambahan Membina Kerukunan Antar Warga

Dengke Naniura Cita Rasa Sashimi Khas Indonesia dari Suku Batak

“Salah satu penyebabnya adalah harta pusaka sebagai salah satu penopang rumah gadang telah melemah, menyebabkan rumah gadang pada saat ini beralih fungsi sebagai identitas sosial masyarakat Minangkabau. Jadi, karena secara fungsinya sudah tidak bisa lagi dijalankan di era sekarang ini, maka pemerintah mengambil inisiatif menjadikan atap bagonjong menjadi struktur bangunan milik umum pada masyarakat di Sumbar,” ujar Erwin saat diwawancarai Genta Andalas, Selasa (20/12/2022).

Selain sebagai identitas sosial masyarakat Minangkabau, sesungguhnya atap bagonjong memiliki beragam makna. Hal tersebut disampaikan oleh Erwin dalam wawancaranya bersama Genta Andalas. Erwin menyampaikan makna atap bagonjong dapat terlihat dari bentuk desainnya yang unik dengan beragam penilaian yang dimiliki. Berikut penjelasannya kekayaan makna yang terdapat dari desain unik atap bagonjong.

Memiliki Makna Kemakmuran

Atap bagonjong dengan lekukan pada desainnya memiliki perumpamaan bentuk pada tanduk hewan ternak kerbau. Bagi masyarakat Minangkabau, kerbau adalah hewan yang sangat disenangi, sebab dapat membantu perekonomian masyarakat. Pada zaman dahulu mayoritas masyarakat bertani dan berladang untuk mencari penghasilan. Dalam bertani, masyarakat menggunakan kerbau untuk membajak sawahnya. Oleh sebab itu, desain lekukan pada atap bagonjong yang merupakan representasi tanduk kerbau memiliki makna yang mendalam sebagai bentuk kemakmuran masyarakat Minangkabau.

Menunjukkan Masyarakat Minang yang Diplomatis

Dalam wawancaranya, Erwin menjelaskan lekukan pada atap bagonjong memiliki makna bahwa masyarakat Minangkabau itu adalah orang yang diplomatis. Masyarakat Minangkabau dalam berkomunikasi dan menyampaikan pesan tidak disampaikan secara langsung ke sasarannya, melainkan, mencoba melengkung layaknya desain atap bagonjong. Orang Minangkabau juga terkenal sebagai orang yang pintar dalam berunding dan pandai menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya. Hal ini sesuai dengan representasi bentuk komunikasi masyarakat Minangkabau.

Memiliki Makna Transedental yang Tinggi

Desain atap bagonjong yang memilik lengkungan berhubungan dengan hal-hal yang berbau kerohanian dan mempunyai makna ketuhanan, seperti sebagai tempat terakhir di bumi untuk dapat berkomunikasi dengan sang pencipta. Dalam konsep keyakinan, Tuhan YME berada jauh di atas langit. Oleh sebab itu, sebagian ahli agama memaknai atap bagonjong sebagai manifestasi dari manusia yang ada di bumi dalam berkomunikasi dengan sang pencipta.

Reporter: Haura Hamidah

Editor: Asa Alvino Wendra

Tags: minangkabaurumah gadang
ShareTweetShareSend

Discussion about this post

TERPOPULER

  • Atap Bagonjong pada Rumah Gadang sebagai Identitas Sosial Masyarakat Minangkabau

    Atap Bagonjong pada Rumah Gadang sebagai Identitas Sosial Masyarakat Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gedung FKM UNAND Kampus Jati Alami Kebakaran, 7 Unit Mobil Damkar Dikerahkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aksi Sumbar Bersama Palestina: Massa Serukan Penangkapan Netanyahu dan Galang Rp1,5 Miliar Donasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Privasi di Ujung Jari: Ancaman Nyata di Balik Media Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ratusan Ribu Warga Padang Bersatu: Solidaritas Tanpa Batas untuk Gaza.

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inovasi Teknologi: Solusi Modern untuk Pelestarian Budaya Lokal di Tengah Globalisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Uang Japuik, Adat Pariaman yang Masih Sering Disalahartikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aliansi BEM Sumbar Gelar Aksi Mei Melawan, Peringati May Day dan Hardiknas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Potret Aksi KAMMI Sumbar di Depan Gedung DPRD, Ajukan Tuntuntan Untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jurnalis Perempuan dalam Bayang Teror: Ketika Intimidasi Menjadi Senjata untuk Membungkam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak