• Indeks
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Rabu, 2 Juli 2025
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
Genta Andalas

Home Sastra dan Budaya Khasanah Budaya

Lompong Sagu, Jajanan Panggang Minangkabau yang Mulai Langka

oleh Redaksi
Senin, 1 Mei 2023 | 19:18 WIB
di Khasanah Budaya, Sastra dan Budaya
0
Lompong sagu sebagai jajanan tradisional yang sudah mulai langka (Genta Andalas/Dok. Pribadi)

Lompong sagu sebagai jajanan tradisional yang sudah mulai langka (Genta Andalas/Dok. Pribadi)

ShareShareShareShare
Lompong sagu sebagai jajanan tradisional yang sudah mulai langka (Genta Andalas/Dok. Pribadi)

Oleh: Fadhillah Lisma Sari*

Masyarakat Minangkabau mengenal lompong sagu sebagai salah satu kuliner tradisional yang akrab dijumpai ketika bulan puasa. Apalagi jika dinikmati dalam keadaan panas dan ditambah dengan teh hangat menimbulkan kenikmatan tersendiri saat mengonsumsinya. Dahulu, jajanan tradisional lompong sagu ini begitu terkenal. Akan tetapi, pada zaman sekarang, jajanan lompong sagu telah mulai sedikit orang yang menjualnya dan menjadi langka.

Lompong sagu adalah jajanan tradisional yang terkenal dengan cita rasa nya yang begitu unik. Memiliki tekstur yang kenyal dan melalui proses memasaknya dengan dipanggang menggunakan bara api. Dahulu, jajanan ini dapat dengan mudah dijumpai di pinggir jalan dengan gerobak maupun jalan kaki. Selain itu, lompong sagu dulunya juga dapat dengan mudah dijumpai di pasar tradisional.

BacaJuga

Tradisi Tolak Bala Masyarakat Nagari Parambahan Membina Kerukunan Antar Warga

Dengke Naniura Cita Rasa Sashimi Khas Indonesia dari Suku Batak

Pada saat ini, lompong sagu sangat jarang ditemukan. Perkembangan zaman yang sudah semakin modern, membuat peminat pada jajanan tradisional ini kian menurun. Bentuk jajanan lompong sagu yang tidak inovatif menjadi salah satunya. Salah satu penjual lompong sagu bernama Yani mengungkapkan hal yang demikian.

“Peminat lompong sagu sekarang ini menurun karena perkembangan zaman. Orang-orang juga kurang tertarik membelinya dan sudah banyak yang mulai melupakannya,” ujar Yani  ketika diwawancarai Genta Andalas pada Kamis (27/4/2023).

Selain itu, Yani mengungkapkan proses pembuatan lompong sagu tersebut. Lompong sagu adalah jajanan tradisional yang berasal dari tepung sagu, gula aren, pisang, kelapa, gula pasir dan air. Semua bahan tersebut dicampur dan diaduk, Lalu, ditambah garam sedikit sebagai penyedap. Adonan lompong sagu diambil secukupnya kemudian diletakkan di daun pisang dan bentuk menyerupai palai bada. Setelah itu, sematkan dengan lidi dan siap untuk dipanggang.

“Ketika memanggang lompong sagu, harus hati-hati karena lompong sagu tidak boleh terkena langsung dengan bara api ketika dipanggang agar tidak gosong,” tambah Yani.

Lompong sagu memiliki bentuk menyerupai palai bada dan memiliki tekstur yang kenyal. Pada umumnya, lompong sagu dijual dengan kisaran harga Rp5.000. Jajanan berwarna coklat ini memiliki rasa yang manis dari gula arennya dan gurih dari kelapa. Yani berharap agar jajanan tradisional ini dapat tetap eksis di zaman sekarang sehingga kuliner Indonesia tetap dilestarikan.

Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Andalas

Label: jajananKhaskulinermakananTradisional
BagikanTweetBagikanKirim

Komentar

TERPOPULER

  • Raja Ampat Terancam: Tambang, Lingkungan, dan Suara yang Terabaikan

    Raja Ampat Terancam: Tambang, Lingkungan, dan Suara yang Terabaikan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Keindahan Pemandian Lubuk Minturun, Berenang Sembari Memberi Makan Ikan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Potret Festival Hari Anak di CFD Padang Bersama Komunitas Aruna

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Gantikan Sistem Usang, MYUNAND Belum Siap Pakai

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Legal Tapi Tidak Adil, Izin PT. Sumber Permata Sipora Ancam Pulau Sipora

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak