Jumat, 9 Mei 2025
No Result
View All Result
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
No Result
View All Result
Genta Andalas
No Result
View All Result

Home Sastra dan Budaya Khasanah Budaya

Gelamai: Makanan Unik dari Kota Payakumbuh

by Redaksi
Minggu, 3 April 2022 | 20:00 WIB
in Khasanah Budaya, Sastra dan Budaya
0
Gelamai yang dijadikan sebagai salah satu makanan ketika ada acara adat di Sumatra Barat. (Genta Andalas/Dok.Pribadi)

Gelamai yang dijadikan sebagai salah satu makanan ketika ada acara adat di Sumatra Barat. (Genta Andalas/Dok.Pribadi)

ShareShareShareShare
Gelamai yang dijadikan sebagai salah satu makanan ketika ada acara adat di Sumatra Barat. (Genta Andalas/Dok.Pribadi)

Oleh: Afri Haikil*

Kota Payakumbuh merupakan salah satu daerah di Sumatra Barat  yang sering dijuluki sebagai kota dengan sejuta oleh-oleh. Sebagai kota yang kaya akan kekhasan kulinernya, tidak heran jika melihat banyak orang  yang berburu mencari makanan khas dari Minangkabau untuk diberikan ke keluarganya di rumah. Diantara banyaknya kuliner yang ada di sana, salah satu camilan yang harus dicoba yaitu gelamai.

Gelamai merupakan camilan yang berbentuk seperti dodol yang banyak berkembang di Payakumbuh. Gelamai ini tidak ditemukan di Payakumbuh saja, namun ada di beberapa daerah yang ada di Sumatra Barat, seperti Solok, Pariaman, dan Pasaman. Begitupun penyebutan nama untuk kuliner ini bervariasi di setiap daerah, ada yang menyebut galamai, kalamai, gelamai, dan celamai.

BacaJuga

Tradisi Tolak Bala Masyarakat Nagari Parambahan Membina Kerukunan Antar Warga

Dengke Naniura Cita Rasa Sashimi Khas Indonesia dari Suku Batak

Peminat cemilan gelamai ini cukup banyak, sehingga masyarakat yang berada di Kota Payakumbuh umumnya membuat cemilan ini. Salah satu masyarakat yang sering membuat gelamai ini adalah Yusriwati. Makanan khas gelamai ini sudah terkenal di masyarakat Payakumbuh atau Sumatera Barat pada umumnya, oleh karena itu Kota Payakumbuh dulunya dikenal sebagai Kota Gelamai.

“Kata gelamai berasal dari bahasa minang yaitu gelame yang artinya berlemak dan teksturnya kenyal  seperti dodol. Untuk penamaan gelamai ini merupakan gabungan dari dua kata, yaitu gulo dan amai sehingga digabungkan menjadi galamai,” ujar Yusriwati saat diwawancarai Genta Andalas.

Lebih lanjut Yusriwati menjelaskan bahwa rasa dari gelamai ini akan terasa manis dan kenyal di dalam mulut saat kita memakannya. Pada adonan gelamai ini biasanya ditambahkan kacang tanah sehingga membuat sentuhan rasa yang gurih dan renyah ketika kita memakannya. Yusriwati juga menyebutkan bahan yang digunakan dalam pembuatan gelamai ini adalah santan kelapa, tepung ketan, gula pasir, gula aren, dan sedikit garam.

“Bahan yang dibutuhkan untuk membuat gelamai tergantung berapa banyak gelamai yang akan disajikan. Kalau untuk satu keluarga saja biasanya hanya memerlukan enam buah kelapa kemudian diambil santannya, satu liter tepung ketan, lalu ditambah gula pasir, boleh juga gula aren sekitar satu kilogram,” tutur Yusriwati.

Di lain sisi, seorang warga di Payakumbuh Milia, yang juga sering membuat gelamai mengatakan bahwa gelamai ini cocok dijadikan oleh-oleh untuk dibawa perantau Minang yang akan kembali ke rantau. Selain itu gelamai ini sering dijadikan makanan pelengkap di acara baralek atau ketika Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha serta acara adat. Proses pembuatan gelamai ini bisa dilakukan sendiri atau bergotong royong.

“Untuk pembuatan gelamai biasanya berdasarkan keperluan. Jika untuk dimakan satu keluarga saja, gelamai dibuat sendiri-sendiri. Tetapi kalau untuk acara, seperti acara adat ataupun resepsi pernikahan dibuat secara bersama atau gotong-royong oleh masyarakat setempat karena untuk membuat dalam jumlah banyak, membutuhkan tenaga yang lebih dan waktu yang lama,” ujar Milia.

Milia juga mengatakan dalam pembuatan gelamai ini tidaklah sulit. “Pertama masukkan gula aren yang dicampur dengan santan kemudian diaduk sampai pekat. Setelah itu tambahkan tepung ketan ke dalam kuali yang udah ada campuran santan dan gula aren yang sudah pekat tadi. Kemudian masak adonan tersebut hingga teksturnya kenyal dengan diaduk secara terus menerus selama lebih kurang empat jam,” ungkap Milia.

Milia berharap agar makanan khas gelamai ini terus berkembang dan tidak dilupakan di masa yang akan datang, sehingga  generasi berikutnya bisa mengenal dan mencicipi keunikan rasa dari makanan khas Minangkabau ini.

Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Andalas

Tags: KhasMahasiswaminangkabau
ShareTweetShareSend

Discussion about this post

TERPOPULER

  • Atap Bagonjong pada Rumah Gadang sebagai Identitas Sosial Masyarakat Minangkabau

    Atap Bagonjong pada Rumah Gadang sebagai Identitas Sosial Masyarakat Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gedung FKM UNAND Kampus Jati Alami Kebakaran, 7 Unit Mobil Damkar Dikerahkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aksi Sumbar Bersama Palestina: Massa Serukan Penangkapan Netanyahu dan Galang Rp1,5 Miliar Donasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Privasi di Ujung Jari: Ancaman Nyata di Balik Media Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ratusan Ribu Warga Padang Bersatu: Solidaritas Tanpa Batas untuk Gaza.

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inovasi Teknologi: Solusi Modern untuk Pelestarian Budaya Lokal di Tengah Globalisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Uang Japuik, Adat Pariaman yang Masih Sering Disalahartikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aliansi BEM Sumbar Gelar Aksi Mei Melawan, Peringati May Day dan Hardiknas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Potret Aksi KAMMI Sumbar di Depan Gedung DPRD, Ajukan Tuntuntan Untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jurnalis Perempuan dalam Bayang Teror: Ketika Intimidasi Menjadi Senjata untuk Membungkam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak