(Ilustrator/Joy Prima)

Kepercayaan akan hal mistik dan gaib telah lama menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Kepercayaan mistik adalah kepercayaan batiniah yang bersumber dari ajaran agama. Menurut asal katanya, kata mistik berasal dari bahasa Yunani yaitu mystikos yang artinya rahasia, serba rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman.

Zaman sekarang, kepercayaan mistik dan gaib masih berkembang dan bertahan di masyarakat. Padahal kepercayaan mistik dan gaib adalah sesuatu yang berada di luar logika manusia. Lalu, bagaimana antropologi memandang segala hal yang berkaitan dengan mistik dan kepercayaan gaib? Bagaimana hal mistis masih bertahan di tengah masyarakat yang sudah modern ini? (Nabila Annisa)

Narasumber: Dra. Yunarti, M. Hum*)

Jawaban:

Bagaimana antropologi memandang hal yang berkaitan dengan mistik dan kepercayaan gaib?

Secara ringkas, antropologi adalah sebuah bidang ilmu yang tertarik pada kajian tentang manusia dan kemanusiaannya dalam semua rentang waktu dari masa prasejarah hingga masyarakat kontemporer hari ini di seluruh tempat di dunia. Curiosity antropologi adalah untuk mengerti ‘rasionalitas’ yang terdapat dibalik tindakan-tindakan terpola manusia, termasuk sikap dan tindakan manusia yang terkait dengan fenomena mistik dan kepercayaan gaib.

Dalam studi antropologi, keyakinan mistik atau gaib adalah sebuah sistem pemikiran yang melihat peristiwa-peristiwa yang tidak berhubungan secara kausal, namun dipercaya terkait satu sama lain. Misalnya gagasan bahwa seorang ibu hamil akan mengalami hambatan dalam persalinan jika saat hamil ia duduk di dekat pintu dan menghalangi orang yang keluar masuk. Contoh lain, bahwa seseorang dapat mengirimkan pengaruh yang diinginkannya pada orang lain tanpa menyentuhnya melalui satu objek yang mewakili orang tersebut seperti pakaian, foto, potongan kuku atau juga helai rambutnya. Masih banyak contoh-contoh lainnya berdasarkan cerita mistik yang popular di tengah masyarakat.

Sulit menemukan hubungan kausalitas atau korelasi antara peristiwa ibu yang sulit bersalin dengan peristiwa Si Ibu duduk di depan pintu saat hamil. Sama sulitnya menemukan hubungan peristiwa sakitnya seseorang sebagai akibat dikirimkannya kekuatan buruk oleh orang lain melalui objek yang dimiliki Si Sakit tanpa sama sekali bersentuhan. Antropologi tertarik menjelaskan fenomena tersebut, pertama dengan memahami bahwa pikiran magis/mistis adalah salah satu jenis pemikiran yang tidak bersumber dari kesimpulan kausalitas, atau tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan korelasi sebab akibat karena pemikiran magis tidak memerlukan logika yang bersumber pada kejelasan korelasi di antara peristiwa-peristiwa terkait.

Bagaimana hal mistik masih bertahan di tengah masyarakat yang sudah modern ini?

Definisi dan terminologi antropologi mengenai pemikiran magis cukup bervariasi di antara para ahli antropologi sendiri. Ada tahapan studi yang berkembang mengenai topik ini. Studi-studi awal antropologi tentang pemikiran mistis banyak dilakukan dengan mengamati berbagai religi dan sistem kepercayaan, ritual pengorbanan, ritual pengobatan, ketaatan pada pantang larang atau tabu, meditasi, kesurupan, mantra, dan fenomena sihir atau kutukan. Dalam perkembangan studi lebih belakangan ditemukan bahwa pemikiran mistis juga cukup umum ditemukan pada masyarakat modern. Penggunaan jimat keberuntungan atau praktik ritual tertentu adalah contoh yang bisa ditemukan praktiknya pada masyarakat kontemporer, di mana diasumsikan dapat meningkatkan peluang seseorang dapat mencapai tujuan atau hasil yang diinginkannya tanpa usaha dan upaya yang realistis.

Dalam perspektif antropologi, pemikiran mistis yang tidak dapat dipahami hubungannya ini dijelaskan dengan mengidentifikasi melalui dua prinsip. Pertama, adanya prinsip fenomena kedekatan dari kejadian peristiwa yang sejatinya tidak terkait langsung. Misalnya seseorang pergi ke sungai pada saat matahari tepat di atas kepala, lalu di sungai ia bertemu buaya. Kedua peristiwa yang terjadi secara berdekatan ini akan dilihat terkait dan dianggap akan terjadi kembali dimasa yang akan datang. Kesimpulan mistis ditarik barangkali berupa: jangan ke sungai pada saat matahari tepat di atas kepala karena itu saatnya anda akan bertemu buaya. Kedua, adanya  prinsip pemikiran asosiatif yang mana entitas atau peristiwa yang berbeda dikaitkan secara asosiatif. Sistem pengobatan tradisional yang menggunakan media hewan seperti ayam untuk mengobati manusia adalah contoh untuk prinsip yang kedua. Penyembuh tradisional akan menyembelih ayam, melihat isi perut ayam dan kemudian memastikan jenis dan bagian yang sakit dari pasien sesuai dengan apa yang dilihatnya pada ayam. Gagasan dari prinsip asosiatif ini merupakan contoh yang nyata penerapan heuristic representasi manusia secara umum.

Antropologi juga memperhatikan bagaimana keberlangsungan pemikiran mistis, dimungkinkan melalui proses enkulturasi dan internalisasi sepanjang hidup manusia di mana segala hal dibakukan menjadi representasi kolektif yang di lembagakan terus menerus dan berulang dari generasi ke generasi. Hasrat manusia untuk terus memastikan eksistensinya dengan mengontrol segala sesuatu dalam hidupnya, mendorong manusia untuk menggunakan segala potensinya. Sebagian dicapai melalui pengalaman berulang dan teruji, sebagian lainnya dicapai melalui penyidikan, eksperimen berulang dan terukur dan masih ada bagian yang dicapai manusia melalui pemikiran mistis dan filosofis. Hal Ini menjelaskan kepada kita bagaimana cara berpikir mistis masih ditemukan dalam kehidupan masyarakat kontemporer.

Claude Lévi-Strauss menyimpulkan bahwa prosedur berpikir mistis dan magis terkadang dianggap efektif dalam melakukan kontrol atas lingkungan. Contoh terdekat dengan penjelasan Strauss adalah bagaimana cerita dan kepercayaan rakyat tentang hewan tertentu atau tentang hutan, gunung, laut, lembah, sungai dan danau yang dipercaya dihuni oleh makhluk-makhluk dengan entitas tak terlihat dan bisa sangat determinatif terhadap manusia. Keyakinan akan entitas ini telah memperlambat ekspansi manusia pada lingkungan meski mungkin tidak berhenti sama sekali.  Pandangan ini telah menghasilkan teori-teori alternatif tentang pemikiran mistis melalui pendekatan simbolis dan psikologis, dan memperlunak kontras antara pemikiran rasional-objektif dengan pemikiran mistis-subjektif jika mengacu pada fungsinya dalam memenuhi kebutuhan manusia. Seturut pemikiran Strauss, praktik penyembuhan kedokteran yang berteknologi tinggi menjadi sama memuaskan  dengan praktik penyembuhan tradisional bedah ayam saat itu memenuhi kebutuhan manusia.

*) Narasumber merupakan Dosen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here