Oleh : Khoiratul Fitri Syahdia*

Bagi masyarakat khususnya kalangan orang tua di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar) pasti tidak asing dengan makanan gurih dan manis yang dibungkus menggunakan daun pisang. Makanan khas Lima Puluh kota yang sudah jarang dibuat bahkan jarang milenial ketahui, apalagi kalau bukan bongko.

Saat ini, cukup sulit mendapatkan pedagang yang menyediakan makanan khas ini. Akibat perkembangan zaman yang menggeser kepopuleran hal-hal tradisional termasuk makanan serta sedikit kerumitan dalam pembuatan bongko membuat eksistensinya makin terkikis.

Meskipun begitu, bongko tetap menjadi incaran bagi masyarakat perantau yang kembali ke Lima Puluh Kota. Sebagian masyarakat tetap menjaga kelestarian bongko dengan mengenalkan dan mengajarkan cara pembuatan bongko kepada anak-anak mereka.

Bongko dikenal dengan keunikan cara pembuatannya, tidak banyak masyarakat yang pandai untuk membuatnya. Saat perantau pulang, bongko juga menjadi makanan yang dicari dan sering dipesan kepada para penjual bongko di Lima Puluh Kota.

“Bongko ini adalah makanan khas masyarakat Lima Puluh Kota tepatnya di Nagari Kubang. Makanan ini selalu menjadi menu khas bagi warga disini dan sangat di cari-cari oleh para perantau”, ujar Widya, salah satu warga di Lima Puluh Kota.

Bongko sendiri terbuat dari olahan tepung beras dan pandan yang beri isian gula merah, kemudian dikuahi dengan gula merah yang sudah dicairkan dengan santan terlebih dahulu. Setelah itu, adonan bongko dibungkus dengan daun pisang dan dikukus beberapa menit. Kemudian, bongko siap dihidangkan dan disantap.

Jika dilihat sekilas, bongko hampir mirip dengan kue nagasari. Dikatakan mirip karena sama-sama terbuat dari tepung yang kemudian dibungkus dengan daun pisang. Namun, pada bongko bagian tengahnya diisi gula merah, sedangkan nagasari berisi potongan pisang. Kemudian perbedaan lain dapat kita lihat pada warna. Bongko hanya dikenal berwarna hijau karena adonan terbuat dari daun pandan, tetapi nagasari dapat ditemui dengan banyak warna seperti putih, hijau, merah, dan biru. Kemudian, bongko dan nagasari ini juga berbeda jika kita lihat dari segi cara memasaknya. Nagasari dimasak di atas api sedangkan bongko ini dimasak dengan cara di kukus.

Bagi masyarakat Lima Puluh Kota, bongko akan lebih enak jika disantap bersama lemang. Perpaduan bongko dan lemang ini menambah nikmat makan bagi penikmatnya.

Bongko ini sendiri memiliki rasa manis khas dan agak sedikit kenyal, membuat makanan yang dibungkus dengan daun pisang ini, menjadi lebih gurih dinikmati untuk sajian saat cuaca panas. Bongko juga dapat dijadikan camilan disela-sela bekerja. Kekenyalanya membuat orang akan semakin tertarik untuk ingin memakannya.

*) Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Bahasa Universitas Andalas

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here