Oleh: Amatul Firdausa Nasa, M. Psi., Psikolog.*)

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, tak terkecuali dalam sistem pendidikan. Sebagai upaya adaptif terhadap anjuran protokol kesehatan, perkuliahan dengan sistem daring dinilai menjadi solusi alternatif terbaik. Namun penerapan kuliah daring dengan berbagai persoalan yang belum teratasi, banyak memicu kondisi stres yang dialami mahasiswa.

Lalu bagaimana stres dapat mempengaruhi mahasiswa? Bagaimana keterkaitan antara stres mahasiswa dengan sistem perkuliahan daring? dan bagaimana cara mahasiswa dapat terhindar dari kondisi stres tersebut? (Fadilatul Husni dan M. Bimo Setiawan Perdana Wilan)

Stres terjadi ketika seseorang memiliki hambatan dan merasa tertekan. Stres merujuk kepada emosi yang cenderung negatif seperti rasa putus asa, sedih, dan frustasi yang membuat seseorang merasa tidak nyaman dan cenderung sulit untuk berpikir positif. Stres juga berdampak buruk kepada kondisi fisik, seseorang yang tidak dapat mengendalikan stress dengan baik, cenderung memiliki daya imunitas yang rendah sehingga mudah sakit, dan sering merasa lelah walaupun tidak melakukan aktivitas secara berlebihan.  

Namun stres sejatinya adalah sesuatu yang lumrah dialami oleh semua kalangan termasuk mahasiswa, namun yang membedakan apakah stres tersebut sudah dikelola dengan baik atau tidak. Terlebih bagi mahasiswa yang berada di usia peralihan, bila stress tidak dikelola dengan baik tentu akan menyebabkan hambatan dimasa depan. Mahasiswa yang mengalami stres akan sulit dalam menemukan jati dirinya dan juga berujung pada gangguan mental seperti depresi. Mahasiswa yang mengalami stres yang tidak terkendali juga akan sulit dalam berpikir positif dan dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif sehingga menurunkan kualitas dirinya.

Sebaliknya mahasiswa yang mampu mengendalikan stres dengan baik akan berfokus pada masalah dan bersifat proaktif dalam mencari solusi bukan pada emosi yang dimunculkan. Namun kebanyakan mahasiswa hanya berfokus pada emosi, contohnya menghabiskan waktu dengan menonton drama korea dan bermain sosial media untuk menghasilkan perasaan senang yang bersifat sementara. Tindakan ini tentunya membuat mahasiswa belum mampu memecahkan masalah yang dimiliki dan memperlambat penyelesaian masalah. Akan tetapi tindakan yang berfokus pada emosi tidak selamanya bernilai negatif, mahasiswa bisa menjadikannya sebagai reward sebagai motivasi diri, seperti ketika telah menyelesaikan masalah yang dimiliki mahasiswa dapat melakukan sesuatu yang disenangi baik menonton drama korea maupun bermain sosial media. Hal ini tentunya memacu mahasiswa untuk menyelesaikan masalahnya dengan lebih cepat.

Bila dikaitkan dengan kondisi mahasiswa selama kuliah daring, stres dapat disebabkan oleh mahasiswa yang belum mampu beradaptasi terhadap sistem perkuliahan daring. Dimana ada hal baru yang harus dipelajari serta keterbatasan yang dialami ketika kuliah daring. Kuliah daring juga cenderung monoton dalam implementasinya yang mengharuskan mahasiswa terpaku pada layar laptop. Tugas yang diberikan oleh dosen juga lebih banyak dan mahasiswa juga kurang fokus karena harus mengerjakan tugas rumah dan kuliah secara beriringan. Selain itu waktu proses belajar mengajar juga tidak teratur sehingga menyulitkan mahasiswa dalam manajemen waktu. Berbagai persoalan tersebut berujung pada banyaknya mahasiswa yang tidak bisa fokus dalam pembelajaran dan sering menunda-nunda waktu bila diberikan tugas.

Oleh karena itu, mahasiswa harus pandai dalam mengelola stres yang dimiliki agar tidak berdampak buruk bagi kesehatan maupun kegiatan akademik. Mahasiswa harus mengenali terlebih dahulu sesuatu yang bisa dikontrol dan yang tidak. Permasalahan seperti dosen yang tidak bisa dihubungi, jaringan internet maupun Ilearn yang bermasalah sudah termasuk permasalahan diluar kontrol mahasiswa, sehingga tidak perlu terlalu dipikirkan akan tetapi tetap dibutuhkan tindakan inovatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Namun permasalahan seperti manajemen waktu, hingga penyelesaian tugas kampus menjadi sesuatu yang berada dalam kendali mahasiswa, sehingga hal tersebutlah yang harus diperbaiki untuk mengurangi potensi stres.

Mahasiswa juga harus merawat dirinya (self-care) seperti makan yang teratur, istirahat yang cukup, dan olahraga yang rutin untuk menjaga kesehatan fisik. Jadi harus ada rutinitas positif yang membuat mahasiswa lebih terkontrol, untuk mengurangi stres tersebut. Mahasiswa juga harus menghindari tindakan yang bersifat multitasking ketika proses belajar mengajar berlangsung, dan hanya berfokus pada materi yang diberikan. Walaupun perkuliahan dilakukan secara jarak jauh, komunikasi kepada teman-teman sebaya juga sangat penting agar mahasiswa tidak merasa sendiri dan merasa didukung oleh teman-temannya. Hal yang juga tidak kalah penting adalah perbanyak beribadah dan tingkatkan takwa terhadap tuhan agar hasil yang didapatkan juga optimal.

*) Narasumber merupakan dosen Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here