• Indeks
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Senin, 29 Desember 2025
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
Genta Andalas
Home Aspirasi

Rangkulan Sesama Perempuan Indonesia Harus Lebih Erat Lagi

oleh Redaksi
22 April 2023 | 00:38 WIB
di Aspirasi
0
(Ilustrator/Joy Prima)

(Ilustrator/Joy Prima)

ShareShareShareShare
(Ilustrator/Joy Prima)

Oleh: Bella Dwi Cahyani*

Perempuan turut berpengaruh dalam sejarah Indonesia dan cukup banyak nama-nama perempuan yang turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perempuan juga sangat dijunjung tinggi di Indonesia. Seluruh mahasiswa di Indonesia turut meneriakkan dengan lantang “Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia! Hidup Perempuan Indonesia!” Ada kata “Perempuan” yang turut diteriakkan sebagai bentuk dukungan dan perlindungan.

Namun, sangat disayangkan dalam era modern ini sesama perempuan justru terkadang saling menjatuhkan. Contohnya adanya standar yang bernada “Seleranya seperti apa? Berhijab? Kurus? Kaya? Maaf aku tidak bisa mengimbangi, aku belum mampu,” yang seolah-olah mengutarakan bahwa perempuan yang belum atau tidak berhijab, berbadan besar, dan kurang mampu tidak dapat mengimbangi perempuan sesuai standar tersebut. Kata-kata yang berbunyi demikian tentu menyebabkan luka di hati perempuan lainnya.

Kata-kata yang serupa tentu menciptakan asumsi bahwa perempuan yang belum atau tidak berhijab tidak dapat mengimbangi perempuan berhijab dan tidak sebaik yang berhijab. Perempuan yang juga mematok standar kecantikan terkadang menjatuhkan perempuan lainnya yang menurutnya tidak sesuai dengan standar tersebut. Sebuah standar yang selalu menggiring perempuan untuk membandingkan diri sesama perempuan. Mulai dari jenjang pendidikan, ekonomi, warna kulit, bentuk tubuh menjadi suatu hal yang diperbandingkan. Tak jarang kadang saling menjelekkan karena standar-standar yang entah siapa penciptanya. Tentu hal ini membuat persaingan di antara sesama perempuan.

BACA JUGA  Solidaritas Perempuan, Jangan Hanya di Media Sosial

Sebuah persaingan dibutuhkan untuk menjadi lebih baik, tetapi akan menjadi hal yang buruk jika persaingan menjadi ladang untuk saling menindas dan saling menjatuhkan. Apalagi jika sampai ada pihak yang dirugikan karena suatu persaingan yang tidak sehat. Saling kumpul lalu membicarakan keburukan perempuan lain bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari Tidak ada manfaat yang didapat dengan saling menjatuhkan sesama perempuan.

Perempuan mempunya naluri yang tinggi, bayangkan saja apa yang terjadi jika sesama perempuan saling menjatuhkan, lalu yang dijatuhkan akan merasa rendah dan diperlakukan tidak baik sesama perempuan. Sangat disayangkan jika sesama perempuan masih saling serang dan saling menjatuhkan. Padahal pemerintah  Indonesia telah memprioritaskan perempuan dengan adanya Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan segala visi dan misinya untuk berkomitmen mewujudkan pemberdayaan perempuan. Akan tetapi semua itu akan sia-sia jika sesama perempuan saling menjatuhkan di negara ini. Bagaimana Indonesia menghidupkan perempuannya jika sesama perempuan masih saling memberikan luka? Apa fungsi kalimat “Hidup Perempuan Indonesia” yang selalu diucapkan dengan lantang oleh seluruh mahasiswa di tanah air ini jika sesama perempuan saling menenggelamkan?

BACA JUGA  Menciptakan Agen Perubahan Sosial melalui Pemerataan Pendidikan

Pada dasarnya perempuan harus saling rangkul dan harus saling mendukung. Mari membuat perempuan saling dukung di negeri ibu pertiwi ini. Saling rangkul sesama perempuan. Sama-sama berlindung untuk saling memberikan pujian. Selalu mendukung sesama perempuan dengan potensi yang dimiliki walaupun berbeda ras, bentuk wajah, dan sebagainya. Menciptakan lingkungan positif untuk mendorong sesama perempuan menjadi lebih baik. Sudah cukup ketidakadilan yang didapatkan perempuan pada masa lalu. Mari saling rangkul guna tidak terjadi hal-hal yang merendahkan perempuan. Semua permasalahan akan pupus jika sesama perempuan bertahan dengan cara saling membantu.

Perempuan dapat berkembang untuk menjadi kuat dengan dukungan sesama perempuan. Maka dari itu, mari berpegangan erat untuk membangkitkan semangat dalam hal yang lebih baik. Tidak menjatuhkan sesama perempuan dengan ego yang meminta untuk dimenangkan. Menjatuhkan sesama perempuan tidak mendapatkan apa-apa jika persaingan sesama perempuan terus berlangsung. Mari menjadi perempuan yang saling dukung dan saling rangkul.

*Penulis Merupakan Mahasiswi Jurusan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas

Tag: Indonesiaopiniperempuan

Baca Juga

(Ilustrasi/Nasywa Luthfiyyah Edfa)

Satu Anak, Satu Kelas, dan Ketimpangan Pendidikan

17 Desember 2025 | 14:14 WIB
(Ilustrasi/Tantri Pramudita)

Pemira UNAND 2025 Dalam Bayang-Bayang Kelalaian Panitia

13 Desember 2025 | 18:24 WIB
(Ilustrasi/Ulya Nur Fadilah)

Nasionalisme Mahasiswa yang Mulai Terkikis

7 Desember 2025 | 20:57 WIB
(Ilustrasi/Tantri Pramudita)

Warga Aceh Tamiang Terpuruk : Krisis Pangan dan Air di Tengah Isolasi

5 Desember 2025 | 21:39 WIB
(Ilustrasi/Tantri Pramudita)

Kedaulatan Digital dan Ancaman Pemblokiran ChatGPT

3 Desember 2025 | 17:34 WIB
(Ilustrasi/Tantri Pramudita)

Penolakan Status Bencana Nasional yang Mengorbankan Rakyat Sumatera

2 Desember 2025 | 13:48 WIB

TERPOPULER

  • Pelepasan mahasiswa KKN Reguler Periode I Tahun 2026 Universitas Andalas bersama mahasiswa KKN Kebencanaan Universitas Bengkulu di Auditorium Universitas Andalas, pada Rabu (24/12/2025). Kegiatan ini dihadiri pimpinan UNAND, mahasiswa peserta KKN, serta perwakilan mitra. (Genta Andalas/ Alizah Fitri Sudira)

    Kolaborasi UNAND dan UNIB dalam KKN Kebencanaan di Sumatra Barat

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Sebulan Pascabanjir Bandang, Warga Batu Busuk Masih Berjuang Pulih

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Feminisasi Kemiskinan: Realitas Ketidakadilan Gender yang Membelenggu Perempuan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Nasionalisme Mahasiswa yang Mulai Terkikis

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Raden Hamzah Sang Panglima Perang Kesultanan Jambi

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak