Padang, gentaandalas.com – Penipuan melalui pesan WhatsApp dengan modus mengatasnamakan dosen, dekan, hingga rektor kembali marak di lingkungan Universitas Andalas (UNAND). Pelaku menipu korban dengan meminta pengiriman pulsa melalui pesan atau panggilan pribadi.
Salah satu korban, Lusi, mahasiswa Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB), mengaku menjadi sasaran penipuan. Ia menerima panggilan dari nomor baru dengan nama dan foto profil menyerupai mantan Dekan FIB, Herwandi. “Aku positif thinking, oh kayaknya ini nomor yang baru,” ujarnya kepada Genta Andalas pada Kamis (30/10/2025).
Pelaku meniru suara dosen bersangkutan dan mengaku membutuhkan bantuan mencetak dokumen. Setelah itu, pelaku meminta pulsa senilai Rp100.000 dan berjanji akan menggantinya. Tidak lama berselang, pelaku kembali meminta tambahan pulsa dengan alasan membantu dosen lain.
Teman-teman Lusi mulai curiga dan menyarankan untuk memutus sambungan telepon. Setelah mengonfirmasi kepada Kepala Prodi Sejarah, Zulqaiyim, Lusi baru menyadari bahwa dirinya telah menjadi korban penipuan. Ia kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada kepala prodi, namun tidak membuat laporan resmi ke fakultas.
Dari penelusuran Genta Andalas, pelaku kembali beraksi dengan menggunakan identitas Dekan FIB yang saat ini dijabat oleh Ike Revita. Dekan FIB, Ike Revita, mengaku prihatin atas maraknya kasus penipuan tersebut. Ia menilai, selain mahasiswa dirugikan, dirinya juga menjadi korban pencatutan nama. “Saya sedih ketika anak-anak saya ditipu, tapi di sisi lain juga terharu karena mereka peduli dan tidak berpikiran buruk,” ujar Ike saat diwawancarai Jumat (31/10/2025).
Ike menambahkan, pihak fakultas segera menginstruksikan seluruh kepala program studi dan kepala departemen untuk menginformasikan kepada mahasiswa bahwa nomor yang beredar bukan milik dosen maupun pimpinan fakultas. Ia juga telah menggelar rapat dengan pimpinan fakultas guna membahas langkah pencegahan lanjutan.
“Untuk sementara kami sudah mengeluarkan imbauan agar mahasiswa lebih berhati-hati dan melakukan crosscheck nomor, bahkan jika itu mengatasnamakan pimpinan fakultas,” jelasnya. Fakultas juga berencana menerbitkan edaran resmi yang akan disebarkan melalui media sosial.
Ike berharap kasus serupa tidak kembali terulang. “Kalau ada pesan WhatsApp mencurigakan, sebaiknya check dan recheck, atau langsung hubungi kepala prodi masing-masing untuk memastikan,” pesannya.
Reporter: Alizah Fitri Sudira dan Pitri Yani
Editor: Auryn Dzakirah







