
Oleh: Dila Febrianti*
Penemuan kompleks makam kuno di Nagari Padang Laweh Malalo, Kabupaten Tanah Datar, oleh tim Arkeologi FIB UNAND membuka hal baru dari dunia arkeologi sekaligus sejarah. Situs ini pertama kali terungkap setelah laporan masyarakat pada tahun 2018 yang kemudian ditindaklanjuti para peneliti melalui pemetaan dan pengumpulan informasi. Butuh waktu beberapa tahun hingga akhirnya pada 2024, tim arkeologi yang dipimpin Herwandi melakukan survei awal di lokasi. Dari pengamatan itulah muncul kemungkinan bahwa kawasan tersebut merupakan tradisi berkelanjutan sejak masa prasejarah hingga Islam.
Salah satu anggota tim peneliti sekaligus dosen arkeologi UNAND, Alfa Noranda, menjelaskan bahwa penelitian ini sebenarnya dilakukan karena ada laporan masyarakat, yang di mulai pada tahun 2018, lalu di respon dan mencoba untuk melakukan kolaborasi sebelum ada pusat studi arkeologi yang diketuai Herwandi, akan tetapi komunikasi lanjutannya baru dapat dilakukan pada tahun 2022. “Jadi, semenjak tahun 2018-2022 itu masih tahap pemetaan, dan mencari informasi mengenai Malalo. Lalu tahun 2022 kita mulai melakukan pengecekan dan menghubungi Herwandi yang mana baru berkesempatan di tahun 2024 untuk melakukan survei awal. Setelahnya Herwandi menyampaikan bahwa ada tradisi berkelanjutan masa pra sejarah/pra islam ke masa islam. Dari sana kemudian di tahun 2025 kita usulkan menjadi sebuah penelitian awal yaitu penelitian fakultas yang didanai oleh fakultas dengan skema penelitian kepala program studi arkeologi,” ujarnya pada Selasa (2/9/2025).
Sementara itu berdasarkan luas situs melalui rentang dari sawah ke batas sawah disebelah selatan ke pagar di utara itu hampir 1 km, dari balai adat dan pusat aktivitas masyarakat keatas ke pagar batu paling atas disebelah barat dan masyarakat dari sebelah timur juga hampir 1 km, jadi totalnya hampir 2 hektar yang baru terlihat. “Karena ini adalah penelitian awal maka dilakukan penjajakan lalu survei awal pada 2024 untuk melihat apakah ada potensi, ternyata ada. Kemudian di tahun 2025 baru kita usulkan menjadi kegiatan identifikasi, yaitu sebuah proses survei awal yang belum masuk proses penggalian, belum melakukan ekskavasi dan masih memetakan,” ujar Alfa.
Beliau kembali mengatakan bahwa penelitian yang hampir dua hektar ini direncanakan akan menjadi sebuah peta olah tata ruang yang dapat dilihat secara keseluruhan, kemudian dua situs makam akan dijadikan gambar 3D. Selain itu melalui pemetaan dapat diketahui bahwa kompleks makam cenderung mengarah ke fase pra Islam, tepatnya periode klasik.
Disisi lain, jejak peradaban di kawasan ini terlihat dari bentuk makam bertingkat yang mencerminkan simbol kehidupan dalam tradisi Hindu, penggunaan batu sebagai tradisi megalitik, serta orientasi penguburan yang selaras dengan ajaran Islam. Alfa menegaskan bahwa terdapat makam biasa dan makam utama. Total keseluruhan ada tiga makam, yang diantaranya terdapat dua makam utama dengan konsep makam bertingkat. Sedangkan penggunaan batu merupakan tradisi yang berjalan atau suatu hal yang berjalan dari masa pra sejarah. “Terkait dengan penggunaan batu, digunakan sebagai sumber bahan untuk pembuatan struktur bangunan, untuk membuat hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan atau kebudayaan manusia di masa lalu. Dan ketika masuk pada fase islam, makam diatas itu sudah mencirikan islam karena orientasi dari makam itu sendiri sudah menghadap sesuai dengan arah penguburan yang ada pada tradisi islam,” jelasnya.
Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa terdapat tiga pembabakan arkeologi atau kronologi sejarah yang dapat ditemukan dari situs makam tersebut, yaitu memiliki peninggalan yang sifatnya berkelanjutan mulai dari terindikasi tradisi masa pre history dengan budaya tradisi batunya, lalu kemudian ada simbolisasi tingkatan bangunan yang biasa berkembang pada zaman hindu buddha, serta ada makam yang mengarah kepada orientasi pemakaman islam di bagian atas.
Melalui hal tersebut, penelitian terhadap situs makam kuno ini, terutama yang berhubungan dengan peninggalan warisan budaya atau data arkeologi pada dasarnya untuk wilayah sumatra barat sangat terbatas. Akan tetapi dibandingkan dengan area-area yang memiliki kompleksitas peninggalan struktur batu yang ada di Indonesia, luas situs makam yang hampir dua hektar lebih ini di indonesia itu termasuk besar. Dan mungkin tidak ada peninggalan prasejarah yang memiliki struktur atau kompleks seperti ini yang pernah tersingkap sebelumnya.
*Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas