• Indeks
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Kamis, 2 Oktober 2025
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
Genta Andalas
Home Aspirasi

Ngopi di Kafe, Antara Ilusi Kerja dan Ajang Gaya

oleh Redaksi
Minggu, 17 Agustus 2025 | 21:33 WIB
di Aspirasi, Karya Calon Anggota
0
(Ilustrasi/Ulya Nur Fadilah)

(Ilustrasi/Ulya Nur Fadilah)

ShareShareShareShare
(Ilustrasi/Ulya Nur Fadilah)

Oleh: Meuthya Ghaniya Dwi Putri*

Di hampir setiap kota, kafe sekarang selalu dipenuhi oleh anak muda. Mereka datang membawa laptop, buku catatan, atau tablet mereka, bukan hanya untuk belajar, tetapi juga untuk bersenang-senang sambil mengambil foto suasana sekitar. Ini membuat kita bertanya-tanya apakah kafe sebenarnya lebih dilihat sebagai tempat kerja yang efektif atau hanya sebagai tempat untuk menunjukkan gaya hidup anak muda. Ini adalah pertanyaan yang penting karena kebiasaan nongkrong di kafe bukan hanya tentang santai, tapi juga mencerminkan perubahan sosial yang berkaitan dengan kelas, cara konsumsi, dan pencarian identitas diri.

Secara ilmiah, ada alasan mengapa kafe bisa menjadi pilihan baik untuk bekerja. Dikutip dari IDN Times, mengungkapkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kebisingan khas di kafe sekitar 70 desibel dapat membantu meningkatkan fokus dan daya kreativitas. Banyak pekerja merasa lebih produktif saat berada di kafe karena rumah mereka terlalu ramai atau kantor terlalu banyak gangguan. Dari sudut pandang ini, kafe menjadi pilihan logis karena menawarkan suasana yang berbeda, fasilitas yang baik, dan interaksi sosial yang bisa memberikan semangat.

Namun, jika kita lihat lebih dalam, kafe juga telah berubah menjadi tempat untuk berbelanja gaya hidup. Desain interior yang menarik, menu yang harganya bisa lebih mahal, dan suasana yang bisa diunggah ke Instagram jelas tidak hanya diciptakan untuk bekerja, tapi juga untuk menunjukkan status. Bekerja di kafe jadi semacam tanda bahwa seseorang termasuk dalam kelompok urban modern yang memiliki uang lebih untuk “membeli” suasana kerja yang kreatif. Ini menimbulkan pertanyaan lain, apakah kita benar-benar menjadi lebih produktif, atau apakah kita hanya membeli ilusi produktivitas dengan segelas latte yang harganya Rp40 ribu?

Inilah sisi lain yang sering diabaikan. Kebiasaan nongkrong di kafe tidak muncul tanpa alasan, melainkan tumbuh dalam budaya konsumsi yang membuat seolah-olah produktivitas harus dibeli. Bagi beberapa orang, bekerja dari kafe sekarang bukan hanya soal menyelesaikan pekerjaan, tetapi sudah menjadi bagian dari citra diri mereka. Ironisnya, banyak yang mau mengeluarkan ratusan ribu rupiah setiap bulan hanya untuk suasana yang dikatakan lebih mendukung fokus, padahal fokus bisa saja diperoleh tanpa mengeluarkan uang, asalkan dengan disiplin dan kesadaran diri.

Oleh karena itu, bekerja di kafe harus dipandang sebagai fenomena sosial yang memiliki dua sisi. Ada sisi ilmiahnya, tetapi juga ada sisi yang mendorong konsumsi berlebihan. Anak muda harus lebih kritis untuk menilai apakah benar kafe membantu mereka menjadi lebih produktif, atau apakah mereka hanya menjadi konsumen setia dari industri gaya hidup yang pandai menjual suasana. Pada akhirnya, yang terpenting bukanlah tempat kita bekerja, tetapi cara kita bekerja. Kafe bisa memberikan dukungan, tetapi jika motivasi kita hanya untuk penampilan di media sosial, maka produktivitas yang kita banggakan hanyalah ilusi.

*Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

 

Label: KafeMahasiswatrenUnand
BagikanTweetBagikanKirim

Baca Juga

Solidaritas Perempuan, Jangan Hanya di Media Sosial

Solidaritas Perempuan, Jangan Hanya di Media Sosial

Jumat, 5 September 2025 | 22:58 WIB
Kompleks Makam Kuno Malalo: Bukti Tradisi Berkelanjutan dari Megalitik hingga Islam

Kompleks Makam Kuno Malalo: Bukti Tradisi Berkelanjutan dari Megalitik hingga Islam

Jumat, 5 September 2025 | 22:33 WIB
Sejarah Publik:  Alternatif Karier Non Akademis

Sejarah Publik: Alternatif Karier Non Akademis

Kamis, 4 September 2025 | 08:44 WIB
Aksi 1 September ditunggangi, BEM UNAND Nyatakan Sikap

Aksi 1 September ditunggangi, BEM UNAND Nyatakan Sikap

Rabu, 3 September 2025 | 18:55 WIB
Empat Tahun PTN-BH, UNAND Dinilai Gagal Berbenah

Empat Tahun PTN-BH, UNAND Dinilai Gagal Berbenah

Rabu, 3 September 2025 | 11:34 WIB
MWA-UM: Dari Wadah Representasi Menjadi Portofolio Jabatan

MWA-UM: Dari Wadah Representasi Menjadi Portofolio Jabatan

Rabu, 3 September 2025 | 08:50 WIB

TERPOPULER

  • Korupsi di UNAND 3,57 Miliar, 12 Orang Tersangka Termasuk Mantan Wakil Rektor l

    Korupsi di UNAND 3,57 Miliar, 12 Orang Tersangka Termasuk Mantan Wakil Rektor l

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Kronologi Korupsi Alat Laboratorium yang Jerat Petinggi UNAND

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • UNAND Angkat Bicara Kasus Korupsi Rp3,57 Miliar

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Inovasi Teknologi: Solusi Modern untuk Pelestarian Budaya Lokal di Tengah Globalisasi

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Tanggapi Keluhan Mahasiswa Terkait Laboratorium, UNAND Angkat Bicara

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak