
Oleh: Nabiela Ramadhani*
Di balik hijaunya perbukitan Padang bagian selatan, Air Terjun Lubuk Hitam berdiri gagah dalam keheningan yang meneduhkan. Tak hanya menyuguhkan keindahan alam, destinasi ini juga menyimpan semangat warga nagari untuk menjaga dan mengelola kekayaan alam mereka sendiri.
Terletak sekitar 27 kilometer dari pusat Kota Padang, tepatnya di Koto Lubuk Hitam, Kelurahan Teluk Kabung Utara, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Air Terjun Lubuk Hitam kini menjadi primadona wisata baru yang mulai ramai dikunjungi. Waktu tempuh hanya sekitar satu jam perjalanan darat, namun pengunjung sudah disuguhi lanskap yang memesona mulai dari bentangan laut Pantai Bungus, kapal-kapal kontainer yang berlalu lalang, hingga kawanan monyet yang bermain di tepi jalan.
Akses menuju lokasi cukup mudah. Jalan masuk berada di sebuah gang kecil di samping Polsek Bungus. Jalurnya sudah dibeton dan bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari jalan utama ke area parkir hanya memerlukan waktu sekitar dua menit berkendara. Setelah itu, pengunjung diarahkan ke posko registrasi dan cukup membayar Rp8.000 per orang. Registrasi dibuka setiap hari dari pukul 07.30 hingga 17.30 WIB, kecuali Jumat yang akan dibuka setelah salat Jumat. Saat cuaca buruk, kegiatan operasional ditutup demi keselamatan.
Salah satu petugas yang ditemui di lokasi, Ario Wibawa, mengungkapkan wisata ini dikelola oleh para pemuda-pemudi setempat sejak dua tahun terakhir. Sebelumnya, air terjun ini dibiarkan terbuka dan bebas diakses siapa saja tanpa pengelolaan resmi. “Sebenarnya air terjun ini sudah lama ada, tapi baru benar-benar dikelola dua tahun belakangan,” ungkap Ario, Rabu (16/07/2025).
Perjalanan dari posko registrasi menuju air terjun pun menjadi bagian dari petualangan. Dalam waktu tiga menit berjalan kaki, pengunjung akan tiba di tingkat pertama. Untuk menuju tingkat kedua dibutuhkan sekitar 15 menit, sementara tingkat ketiga memerlukan waktu tempuh sekitar 30 hingga 40 menit, tergantung kondisi fisik masing-masing. Jalur pendakian cukup menantang namun aman, dengan jalan setapak yang dilengkapi pegangan dari akar dan batang pohon. Di sepanjang jalan juga terdapat pondok-pondok peristirahatan dan warung-warung kecil yang menjual makanan serta minuman.
Fasilitas keselamatan pun telah disiapkan dengan baik. Setiap karcis masuk dilengkapi nomor bantuan darurat. “Kami sudah siapkan peralatan seperti P3K, tandu, pelampung, lampu senter, hingga HT. Kalau ada kendala, tinggal hubungi nomor di tiket,” jelas Ario
Meski medan cukup melelahkan, semuanya terbayar saat mencapai tingkat ketiga. Di sana, tiga kolam alami dari air terjun dikelilingi batu-batu besar yang datar dan tidak licin. Airnya jernih, sejuk, dan cukup aman untuk berenang. Bahkan, dari sudut tertentu, pengunjung bisa melihat pelangi yang muncul akibat percikan air dan sinar matahari.
Tingkat ketiga juga telah dilengkapi fasilitas pendukung seperti warung makanan dan ruang ganti, serta petugas penjaga di setiap kolam. Selain menikmati panorama alam, pengunjung juga diajak untuk menjaga kebersihan lingkungan. Petugas senantiasa mengingatkan agar sampah tidak ditinggalkan di jalur atau lokasi air terjun.
Salah satu pengunjung, Nasywa membagikan cerita keindahan air terjun tersebut, “Indah banget air terjunnya, airnya nggak terlalu deras jadi bisa mandi, buat foto-foto juga keren banget, apalagi sepanjang jalannya banyak spot cantik,” ungkap Nasywa Rabu (16/07/2025).
Air Terjun Lubuk Hitam bukan hanya sebuah destinasi wisata, melainkan juga simbol keberdayaan masyarakat lokal dalam mengelola potensi alamnya. Dikelilingi pepohonan hijau dan suasana hening yang menyegarkan, tempat ini menjadi ruang temu antara alam dan manusia, antara petualangan dan kedamaian. Dikelola dengan penuh semangat oleh pemuda nagari, Lubuk Hitam menyuguhkan tidak hanya keindahan tiga tingkat air terjun, tetapi juga harapan akan masa depan ekowisata yang berkelanjutan.
*Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas