
Oleh: Alizah Fitri Sudira*
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Data dari Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) tahun 2025 menunjukkan bahwa negara ini memiliki 22 tipe ekosistem yang tersebar dari daratan hingga lautan, yang menjadi rumah bagi berbagai jenis makhluk hidup. Ekosistem darat Indonesia sendiri mendukung kehidupan 9,70% spesies tumbuhan berbunga, 15,00% mamalia, 9,00% reptil, 6,00% amfibi, 17,00% burung, dan 9,00% ikan air tawar dari seluruh dunia.
Kekayaan biodiversitas Indonesia tidak terlepas dari pengaruh iklim dan kondisi geografis yang sangat bervariasi. Ribuan pulau dengan topografi yang beragam serta iklim tropis menjadikan wilayah ini sangat mendukung kehidupan flora dan fauna, termasuk berbagai spesies endemik yang hanya bisa ditemukan di Indonesia. Salah satu kelompok tumbuhan yang memiliki keragaman tinggi dan menarik perhatian ilmuwan adalah begonia.
Genus Begonia merupakan salah satu kelompok tumbuhan terbesar di dunia tumbuhan, dengan jumlah spesies yang diperkirakan melebihi 2.000. Tanaman Begonia dapat ditemukan di kawasan tropis maupun subtropis pada berbagai ketinggian dan tipe habitat. Dari wilayah Kalimantan saja, diperkirakan masih terdapat lebih dari 400 spesies yang belum teridentifikasi. Begonia memiliki kegunaan sebagai tanaman hias maupun tanaman obat. Contohnya, Begonia rex kerap digunakan untuk mempercantik ruangan, sedangkan Begonia cucullata bermanfaat sebagai tanaman berkhasiat obat. Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti terus menemukan spesies Begonia baru yang sebelumnya belum pernah tercatat. Penemuan-penemuan ini semakin menegaskan potensi besar keanekaragaman Begonia di kawasan tropis.
Salah satu penemuan terbaru dilakukan oleh Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) yang berada di bawah naungan Kementerian Kehutanan. Bekerja sama dengan peneliti muda Indonesia, mereka berhasil mengidentifikasi dua spesies baru Begonia yang hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Phytotaxa dengan judul “Two new species of Begonia (Begoniaceae) from Bukit Baka Bukit Raya National Park, Kalimantan, Indonesia”. Kedua spesies tersebut ditemukan di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kalimantan, dan diberi nama Begonia bukitrayaensis dan Begonia kalimantana. Keduanya tumbuh di lingkungan yang lembab dan berbatu dengan kanopi hutan yang rapat ciri khas habitat Begonia tropis.
Begonia bukitrayaensis memiliki daun asimetris berbentuk bulat telur dan bunga berwarna merah muda pucat, sedangkan Begonia kalimantana memiliki batang yang lebih tegak dengan tepi daun bergelombang dan urat daun yang menonjol di bagian bawah permukaan daun. Penamaan kedua spesies ini diambil dari lokasi pertama kali ditemukannya. Penemuan ini merupakan hasil dari ekspedisi keanekaragaman hayati yang difasilitasi oleh Balai TNBBBR pada Juni 2024.
Spesies Begonia bukitrayaensis tersebar mulai dari hutan dataran rendah hingga pegunungan di Gunung Bukit Raya. Meskipun wilayah ini sering dilalui pendaki, lokasi tanaman ini cukup terpencil dan sulit dijangkau. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa spesies ini hidup di habitat hutan yang masih alami dan termasuk dalam kawasan konservasi yang dilindungi. Tanaman ini tumbuh di bebatuan granit dan tanah liat di sekitar aliran sungai di hutan dipterokarpa campuran dataran rendah. Sementara itu, Begonia kalimantana ditemukan di Hutan Desa Tumbang Habangoi, Kalimantan Tengah, tepatnya di hutan primer yang belum banyak terganggu. Lokasi tersebut termasuk dalam kawasan lindung taman nasional dan hutan desa. Tumbuhan ini biasanya tumbuh di hutan dipterokarpa dataran rendah pada ketinggian antara 200–700 meter di atas permukaan laut, terutama di daerah lembah dan lereng dekat sungai kecil.
Penemuan dua spesies baru ini semakin menegaskan bahwa Kalimantan, dan Indonesia secara umum, masih menyimpan potensi keanekaragaman hayati yang sangat besar. Selain menambah daftar tumbuhan endemik nasional, penemuan ini menjadi pengingat pentingnya melestarikan hutan tropis sebagai habitat alami flora unik. Oleh sebab itu, upaya lanjutan dalam penelitian, perlindungan kawasan, serta partisipasi aktif masyarakat dan pemerintah sangat dibutuhkan agar kekayaan hayati Indonesia tetap lestari untuk generasi masa depan.
*Penulis merupakan Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Departeman Sastra Indonesia, Universitas Andalas
Komentar