Jumat, 9 Mei 2025
No Result
View All Result
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
No Result
View All Result
Genta Andalas
No Result
View All Result

Home Aspirasi

Post Power Syndrome: Mental Issues yang Dapat Terjadi dalam Berorganisasi

by Redaksi
Rabu, 28 Juni 2023 | 10:06 WIB
in Aspirasi, Karya Calon Anggota
0
(Ilustrator/Resti Rasyid)

(Ilustrator/Resti Rasyid)

ShareShareShareShare
(Ilustrator/Resti Rasyid)

Oleh: Khairun Nisa*

Menjadi seorang mahasiswa merupakan suatu kebanggaan dan sebuah keistimewaan (privilege) bagi sebagian orang. Tidak jarang, kehidupan mahasiswa menjadi masa emas di kehidupannya, sebab dapat memberikan banyak kesempatan untuk mencoba, mendalami, bahkan memimpin dalam skala yang cukup besar. Kehidupan mahasiswa di dunia perkuliahan tidak sebatas belajar di dalam kelas lalu pulang. Seorang mahasiswa dapat memanfaatkan banyak peluang dan kesempatan melalui kegiatan sosial seperti perlombaan, organisasi, dan kegiatan sosial lainnya.

Ada banyak hal dari luar kelas yang dapat memberikan ilmu kepada mahasiswa, salah satunya melalui kegiatan organisasi. Organisasi dalam dunia perkuliahan sangat banyak. Seorang mahasiswa dapat mengikuti kegiatan atau organisasi apapun sebagai wadah mencari ilmu sesuai minat dan bakat. Bila telah mengikuti kegiatan berorganisasi,  mahasiswa dapat memanfaatkan berbagai kesempatan untuk melatih soft skill yang ingin dikuasai, manajemen waktu, dan komunikasi.

BacaJuga

Gedung FKM UNAND Kampus Jati Alami Kebakaran, 7 Unit Mobil Damkar Dikerahkan

May Day: Saatnya Gerakan Buruh Indonesia Menentukan Arah Baru

Dalam berorganisasi, diperlukannya pemimpin dan anggota yang berperan sangat penting untuk menjalankan roda kepengurusan organisasi. Anggota memiliki peran dan tupoksi masing-masing pada suatu kepengurusan. Seiring dengan berjalannya waktu, organisasi membutuhkan regenerasi guna tetap hidupnya suatu organisasi. Meskipun begitu, pada beberapa organisasi mereka yang merupakan pengurus  pada periode sebelumnya masih memiliki peran dan  menduduki posisi yang berfungsi untuk mengawasi dan konsultasi.

Pada situasi seperti itu, sering kali terjadi fenomena post power syndrome atau sindrom pasca kekuasaan. Post power syndrome merupakan suatu keadaan atau sindrom yang dialami seseorang yang mana belum sepenuhnya menerima berakhirnya masa jabatan atau kekuasaan sehingga pengidapnya tidak dapat berfikir secara jernih dan realistis mengenai keadaan dan kenyataannya yang sudah pensiun. Biasanya pengidap tidak dapat menyesesuaikan diri dengan masa pensiunnya disertai dengan gejala kejiwaan yang kurang stabil.  Post power syndrome merupakan salah satu mental issues yang banyak tidak disadari oleh orang-orang. Post power syndrome bergejalakan gangguan perasaan, perilaku somatisasi, mucul keluhan psikososial dalam bentuk ucapan maupun sikap dan perilaku seperti memberikan kritikan tanpa henti, perasaan curiga, tertekan, merasa tidak diperlakukan secara adil, putus asa yang ditunjukkan dengan berulang kali.

Dilansir dari alodokter.com dan ditinjau oleh dr. Meva Nareza, post power syndrome umumnya dialami oleh seseorang yang sudah pensiun dalam pekerjaan dan dapat juga terjadi dalam organisasi. Dalam kehidupan berorganisasi, hal ini merupakan suatu hal yang biasa dan sudah dinormalisasikan. Nyatanya hal ini merupakan suatu fenomena anomali dan salah satu penyakit mental yang seharusnya dapat dicegah dan ditangani. Dalam kasusnya, biasanya seseorang yang dahulunya memiliki jabatan sebagai ketua organisasi ketika mencapai akhir masa jabatannya, ia tidak bisa menerima keadaaan tersebut. Seseorang tersebut dapat merasakan atau memandang berakhirnya masa jabatan dirinya sebagai suatu penurunan harga diri. Oleh karena itu, hal ini sering kali terjadi pada seseorang yang memiliki jabatan strategis dalam organisasinya dahulu.

Keadaan ini dapat mengakibatkan seseorang mengidap post power syndrome. Namun, beberapa orang yang mengalami ini juga sering kali menolak atau berkilah bahwa dirinya  telah mencampuri urusan yang bukan ranah kekuasaan dirinya lagi. Bentuk keikut sertaannya dalam organisasi ini sering kali disalahgunakannya. Seperti halnya dalam kasus seorang ketua organisasi baru ingin melakukan perubahan pada sistem organisasinya, tetapi seorang yang telah demisioner dan tidak menyadari bahwa dirinya mengidap post power syndrome ini selalu mengatasnamakan bahwa dirinya adalah senior yang telah memiliki pengalam terlebih dahulu. Ini merupakan salah satu bentuk kurang stabilnya kejiwaan pengidap sehingga tidak dapat menyesuaikan diri dan disebut sebagai post power syndrome dalam organisasi.

Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi organisasi tersebut dan anggotanya. Seperti halnya bagi perkembangan para anggota baru yang pada awalnya memiliki niat menjadikan organisasi sebagai wadah pengembangan diri. Hal ini akan membuat anggota baru organisasi menjadi semakin terus bergantung kepada demisionernya. Lalu, anggota baru akan seperti kehilangan panggung berproses di dalam berorganisasi.

Jika keadaan tersebut terus terjadi, bukan tidak mungkin suatu organisasi akan kehilangan regenerasi emas dan kenyamanan anggotanya dalam berorganisasi. Untuk itu, sangatlah penting bagi seseorang dalam suatu struktur organisasi menyadari posisinya ketika sudah turun dari jabatannya dan mengetahui solusi dari penyakit mental ini. Adapun beberapa cara mengatasinya yaitu penerimaan diri, mencari kesibukan baru atau mendalami hobi.

*)Penulis merupakan Mahasiswa Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas

Tags: kekuasaanopini
ShareTweetShareSend

Discussion about this post

TERPOPULER

  • Atap Bagonjong pada Rumah Gadang sebagai Identitas Sosial Masyarakat Minangkabau

    Atap Bagonjong pada Rumah Gadang sebagai Identitas Sosial Masyarakat Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gedung FKM UNAND Kampus Jati Alami Kebakaran, 7 Unit Mobil Damkar Dikerahkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aksi Sumbar Bersama Palestina: Massa Serukan Penangkapan Netanyahu dan Galang Rp1,5 Miliar Donasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Privasi di Ujung Jari: Ancaman Nyata di Balik Media Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ratusan Ribu Warga Padang Bersatu: Solidaritas Tanpa Batas untuk Gaza.

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inovasi Teknologi: Solusi Modern untuk Pelestarian Budaya Lokal di Tengah Globalisasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Uang Japuik, Adat Pariaman yang Masih Sering Disalahartikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aliansi BEM Sumbar Gelar Aksi Mei Melawan, Peringati May Day dan Hardiknas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Potret Aksi KAMMI Sumbar di Depan Gedung DPRD, Ajukan Tuntuntan Untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jurnalis Perempuan dalam Bayang Teror: Ketika Intimidasi Menjadi Senjata untuk Membungkam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak