• Indeks
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Rabu, 18 Juni 2025
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
Genta Andalas

Home Berita Feature

Kue Singgang : Kuliner Minangkabau yang Menggoyah Lidah

oleh Redaksi
Kamis, 30 Juni 2022 | 06:17 WIB
di Feature
0
(Genta Andalas /dok. Pribadi)

(Genta Andalas /dok. Pribadi)

ShareShareShareShare
(Genta Andalas /dok. Pribadi)

Oleh : Fadhilah Lisma Sari

Minangkabau mempunyai banyak makanan khas tradisonal dari masing-masing daerahnya, salah satunya Kue Singang atau juga disebut Bika. Makanan ini merupakan makanan tradisonal Minangkabau Sumatera barat (Sumbar) dengan olahanya yang unik, yaitu dengan di panggang diatas tungku api yang beralaskan daun. Kue Singgang atau bika sendiri terbuat dari bahan baku utama kelapa parut, tepung tape singgkong dan gulaa.

Makanan ini banyak ditemukan di sekitaran Kota Padang, Bukkitinggi hingga Padang Panjang yang tepatnya berjejer di sepanjang jalanan. Sehingga, tak heran makanan ini sangat terenal di daerah tersebut. Kue singgang ini biasanya cocok jadi didampingi dengan the karena rasa khas kelapa dari bika yang gurih disajikan dengan teh hangat yang manis, jadi kombinasi yang saling melengkapi sehingga menimbulkan cita rasa yang unik diantara keduanya.

BacaJuga

Tradisi Kadaghek: Kerukunan Dalam Budaya Mengantar Jenazah Suku Minang di Tanjung Barulak

Menyusuri Keindahan Goa Kelelawar Padayo, Lubuk Kilangan

Kue Singgang atau bika sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Minang yang artinya ”Baka” atau bakar. Hal ini tentunya karena proses masaknya yang dibakar. Selanjutnya, cara pembuatanya yang unik ini tentu menciptakan rasa yang gurih dan keharuman yang khas dari asap pembakaran yang menimbulkan ciri khas tersendiri saat menyantapnya.

Salah seorang penjual Kue Singgang, Siti mengatakan cara pembuatan singgang ini sangat mudah dan tidak ribet dimana memerlukan sebanyak 250 garam dan gula pasir di tuangkan kedalam 1 kg tepung beras yang sudah dihaluskan. Kemudian diberi sedikit vanili,garam dan pengembang kue. Setelah itu, tape singkong diaduk dengan air kelapa. Kemudian, adonan harus didiamkan semalaman agar adonan mengembang akibat proses peragian yang dihasilkan dari tape atau pengembang kue dan air kelapa. Setelah itu ditambahkan kedalam cetakan daun pisang atau daun waru dan dibakar di atas tunggu.

“Proses pemasakan dari Singgang ini yaitu dengan dipanggang/dibakar menggunakan teknik tradisonal menggunakana priuk tempat pemanggangan yang dipanaskan diatas tungku api,proses pemaggangan seperti ini bertujuan untuk menjadikan adonan lebih matang dan merata,” ujar Siti saat diwawancarai Genta Andalas pada Selasa (28/06/2022).

Kue Singgang selain dikenal lezat juga mengenyangkan karena bahan-bahan pembuatan kue ini meluputi kelapa parut dan tape singkong yang mampu membuat perut kenyang . Dengan setidaknya memakan dua hingga tiga kue singgang aja dijamim membuat perut sudah terisi dan tak heran kue singgang ini digemari oleh banyak masyarakat sekitar.

Lebih lanjut, Siti mengatakan untuk memperoleh kue singgang tidak perlu merogoh kocek yang besar hanya dengan Rp. 1.000an tak heran makanan ini mudah ditemui dan gemari banyak peminat.

Kue ini harus dilestarikan agar semua orang mengenalinya. Disamping itu juga, kue ini miliki cita rasa khas sehingga sangat rugi rasanya jika kelestarian kue ini tidak dijaga dengan baik.

“Sayang jika nasib kue Singgang ini sama dengan makanan atau kuliner yang tidak dilestarikan. Dan tentu anak cucu kita juga terancam tidak merasakannya, maka mari  sama-sama kita jaga, tutup Siti.

BagikanTweetBagikanKirim

Komentar

TERPOPULER

  • Menyelami Obsesi Kecantikan dan Luka dalam The Ugly Stepsister

    Menyelami Obsesi Kecantikan dan Luka dalam The Ugly Stepsister

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Pelaku Utama Kabur, Ratusan Warga Tertipu Lowongan Kerja Fiktif di Basko City Mall

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Program Barak Militer bagi Siswa Bermasalah: Solusi atau Ancaman?

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Dugaan Ijazah Palsu : Serangan Politik atau Kritik Publik?

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Mengenal Uang Japuik, Adat Pariaman yang Masih Sering Disalahartikan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak