
Padang,Gentaandalas– Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sumatra Barat (SB) menyuarakan tuntutan kesejahteraan guru honorer di depan Kantor Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) pada Kamis (25/11/2021). Aksi yang dilakukan dalam peringatan Hari Guru Nasional ini diikuti ratusan mahasiswa dari berbagai kampus di Sumbar.
Massa menyoroti tiga aspek penting yang harus dibenahi pada guru honorer diantaranya kesejahteraan, perlindungan, serta peningkatan kualitas guru honorer.
“Kuota guru honorer sudah diberikan sebesar-besarnya kepada pemerintahan daerah (pemda), namun hari ini pemda sumbar tidak memaksimalkan kuota yang ada,” jelas Imam Wahyudi Afrizon selaku Presiden Mahasiswa Universitas Negeri Padang (UNP) saat diwawancarai pada Kamis, (25/11/2021).
Imam mengatakan terdapat 3.000 kuota guru honorer di Sumbar mengikuti PPPK, akan tetapi yang terdaftar dengan segala permasalahannya hanya mencapai 750 guru. Lalu lanjutnya dari proses tersebut yang tercatat lolos seleksi tahap pertama hanya berjumlah 99 guru.
“Jadi yang kami tuntut yakni tidak adanya pemaksimalan kuota dari Pemda Sumbar, sosialisasi tidak baik, dan tidak adanya arahan yang baik terhadap guru honorer berusia tua yang gaptek,” sambung Imam.
Selain itu, aksi ini juga menuntut agar diberikannya afirmasi penambahan poin dalam seleksi PPPK bagi guru honorer berusia 35 tahun keatas, serta pengangkatan langsung guru honorer berusia 50 tahun keatas tanpa adanya seleksi.
Koordinator Pusat Aliansi BEM SB Apriyan Candra mengatakan aksi ini merupakan gertakan untuk audiensi selanjutnya dalam memperjuangkan aspirasi guru yang nantinya akan dipertemukan dengan pemerintah daerah. Selain itu, Apriyan juga menyayangkan tidak hadirnya Gubernur dalam menyambut aksi dalam memperingati hari guru ini.
“Sebenarnya kami ingin esensi tentang kebijakan guru ini memang sampai langsung ke gubernur agar adanya tindak lanjut,” kata Apriyan.
Aprian menyebut akan ada tindak lanjut jika lima tuntutan yang tertuang pada kajian Aliansi BEM SB terkait gagalnya pemerintah memprioritaskan guru tidak ditanggapi pemda. Ia berharap guru-guru di Indonesia, khususnya Sumbar lebih diperhatikan sebagai titik esensial tenaga cendikiawan kedepannya.
Aksi ini disambut oleh kepala dinas beserta perangkat dinas pendidikan. Diketahui selanjutnya akan dijadwalkan audiensi berupa forum terbuka bersama guru honorer Sumbar dalam menyampaikan aspirasinya.
Reporter: Natasya Salsabilla Festy dan Riski Wahyudi
Editor : Elvi Rahmawani
Komentar