• Indeks
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Senin, 30 Juni 2025
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
Genta Andalas

Home Sastra dan Budaya Khasanah Budaya

Lapek Barajuik Makanan Khas Kampuang Aro

oleh Redaksi
Senin, 22 Februari 2021 | 16:51 WIB
di Khasanah Budaya, Sastra dan Budaya
0
ShareShareShareShare

Oleh: Fadilatul Husni*

Indonesia dikenal akan cita rasa kuliner yang kaya akan rempah dan tentunya memiliki kenikmatan tersendiri dilidah penikmatnya. Tak sedikit makanan tradisional yang memiliki cita rasa yang khas dan hanya bisa ditemukan di daerah tertentu. Salah satunya adalah lapek barajuik atau disebut juga dengan lapek kampuang Aro yang merupakan makanan tradisional dari Kampuang Aro, Nagari Pakandangan, Kabupaten Padang Pariaman.


Makanan ini memiliki cita rasa manis dan dibungkus menggunakan daun pisang yang kemudain diikat satu sama lain dengan bentuk memanjang. Biasanya satu ikat lapek barajuik ini ada 10 buah dan dijual seharga Rp. 10.000. Tidak banyak yang tahu makanan ini karena hanya dapat ditemukan di beberapa lokasi saja seperti di beberapa pasar tradisional seperti Pasar Pakandangan yang dijual setiap hari Kamis, Pasar Pauah Kamba setiap Sabtu pagi, dan Pasar Sicincin setiap hari Jumat.

BacaJuga

Tradisi Tolak Bala Masyarakat Nagari Parambahan Membina Kerukunan Antar Warga

Dengke Naniura Cita Rasa Sashimi Khas Indonesia dari Suku Batak


“Kalau pulang kampung tidak lengkap rasanya jika tidak memakan lapek barajuik ini. Selain itu karena bisa tahan lama dapat dijadikan oleh-oleh. Rasanya yang khas dan juga enak membuat makanan ini digemari oleh beberapa orang,” ungkap Feri salah satu perantau yang menggemari lapek barajuik.


Proses pembuatan lapek barajuik pun tidak rumit, sehingga siapa pun bisa mepelajarinya. Lapek barajuik terbuat dari Pisang Timbatu yang dihancurkan dan dicampur dengan tepung beras, tepung ketan dan garam. Lalu ditengahnya ada inti yang terbuat dari parutan kelapa yang dimasak dengan gula merah, garam, air dan tepung ketan. Lalu dibungkus dengan daun pisang, dan dirajut dengan tali rafia, dikukus selama kurang lebih 30 menit.


Rasa dari lapek barajuik ini hampir sama dengan limpiang pisang dan sama-sama terbuat dari pisang yang dihancurkan dan dicampur dengan tepung. Namun untuk lapek barajuik pisang yang digunakan hanyalah Pisang Timbatu sedangkan limpiang pisang bisa menggunakan semua jenis pisang. Selain itu untuk inti lapek barajuik terbuat dari kelapa dan gula merah sedangkan limpiang pisang hanya gula merah. Untuk terkstur limpiang lebih lunak dibandingkan lapek barajuik.
“Untuk rasa tidak beda jauh lah dengan limpiang pisang. Namun, yang membuat lapek barajuik ini spesial adalah pisang yang lebih banyak daripada tepung, jadi rasanya unik dari rasa pisang yang sedikit asam manis ditengahnya ada parutan kelapa dengan gula merah yang menyebabkan rasa sedikit asam tadi berubah menjadi manis,” ucap Anjeli salah satu penikmat lapek barajuik.


Lapek barajuik tentunya merupakan salah satu kuliner tradisional yang harus dijaga eksistensinya agar tidak tergerus perkembangan zaman. Rasa manis yang berasal dari gula merah dan memiliki tekstur yang tidak terlalu lunak tentunya tidak kalah dengan makanan populer saat ini terlebih kuliner ini juga sangar cocok dinikmati dengan segelas kopi untuk menikmati aktivitas sehari-hari.


*Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Label: kulinerpariamanTradisional
BagikanTweetBagikanKirim

Komentar

TERPOPULER

  • Raja Ampat Terancam: Tambang, Lingkungan, dan Suara yang Terabaikan

    Raja Ampat Terancam: Tambang, Lingkungan, dan Suara yang Terabaikan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Keindahan Pemandian Lubuk Minturun, Berenang Sembari Memberi Makan Ikan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Randai di Tengah Arus Modernitas

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Mengenal Uang Japuik, Adat Pariaman yang Masih Sering Disalahartikan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Menyingkap Flora Langka Nusantara, Dua Begonia Baru Ditemukan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak