• Indeks
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Jumat, 19 Desember 2025
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
Genta Andalas
Home Aspirasi

Perspektif Nilai Seorang Perempuan Yang Mulai Memudar

oleh Redaksi
Minggu, 15 Maret 2020 | 10:52 WIB
di Aspirasi
0
ShareShareShareShare

Oleh : Suci Mulia*

Dalam kehidupan sosial, perempuan Minangkabau merupakan sosok yang agung dan sangat dihormati. Nilai seorang perempuan Minangkabau sangat tinggi bahkan mampu membuat sebuah kebijakan. Kedudukan yang dimilikinya sangat istimewa, sehingga keberadaan perempuan Minangkabau benar-benar dihargai. Namun dilihat dari aspek kehidupan perempuan Minangkabau pada saat sekarang sangat miris, tidak sedikit dari oknum-oknum yang memandang seorang perempuan dengan sebelah mata, perilaku-perilaku tidak senonoh terkadang dengan mudah dilakukannya kepada perempuan. Banyak kasus pelecehan seksual yang terjadi kepada seorang perempuan, khususnya di Minangkabau. Kedudukan dan harga diri seorang perempuan Minangkabau tidak lagi menjadi keutamaan pada saat ini.

Baru-baru ini terjadi pelecehan seksual seorang oleh seorangdosen kepada mahasiswinya sendiri, dilansir dari Tagar.id perilaku tidak senonoh yang dialami oleh seorang mahasiswi disalah satu perguruan tinggi di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar), diduga dilakukan oleh oknum dosennya sendiri. Perilaku yang tidak senonoh itu terjadi pada Jumat, 10 Desember 2019. Melihat banyaknya kasus-kasus seperti itu tentu sangat mengkhawatirkan kedudukan yang sudah sejak lama dinobatkan kepada perempuan Minangkabau oleh para pendahulu. Penempatan perempuan Minangkabau yang begitu istimewa, seperti yang tergambar pada filsafah adat yang berbunyi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, begitulah keselarasan adat dan agama terhadap perempuan sebagaimana termaktubnya surat khusus bernama An-Nisa (perempuan) dalam Kitabullah (Al-Qur’an).

Menurut Dr. Erizal Gani, M.Pd seorang dosen dari Universitas Negeri Padang menyatakan bahwa kehormatan dan martabat seorang perempuan itu harusnya dilindungi oleh setiap manusia. Perempuan Minangkabau tidak akan dibiarkan tercela oleh kaumnya. Susah, senang, hina, dan malu seorang perempuan Minangkabau akan dirasakan oleh pihak kaumnya. Kaum tidak akan membiarkan perempuan Minangkabau mendapat cela dan melakukan perbuatan tercela. Bagi anggota kaum, kehormatan perempuan kaumnya (bundo kanduang) adalah segala-galanya dan harus dipertahankan dengan cara apa pun. Begitu berpengaruhnya seorang perempuan di Minangkabau bagi kaumnya, namun jika sudah terjadi penyimpangan perilaku kepada seorang perempuan Minangkabau, tentu juga akan berdampak kepada kaumnya.

Hal-hal yang membuat para oknum-oknum sangat berani melakukan hal keji seperti pelecehan seksual kepada perempuan, salah satunya adalah banyak dari korban pelecehan seksual tersebut lebih memilih untuk menutup mulutnya dan merahasiakannya sendiri. Sikap tersebutlah yang membuat para oknum-oknum itu merajalela dan mengulangi perbuatannya. Pertimbangan dari “diamnya” korban pelecehan seksual itu didasari oleh beberapa aspek, seperti rasa malu yang nanti menghantuinya karna menjadi pembicaraan khalayak umum. Menjadi pembicaraan khalayak akibat pelecehan seksual, justru memancing beberapa asumsi miring masyarakat terhadap korban, dari berbagai perspektif masyarakat tersebut pastinya banyak menimbulkan pro dan kontra. Bahkan beberapa oknum malah ada yang membalikkan fakta, dan menyalahkan korbannya, ya tentu si oknum memiliki pengaruh yang besar untuk membersihkan nama baiknya. Tidak hanya itu, ketakutan yang dialami korban juga dapat berupa ancaman langsung oleh oknum pelaku pelecehan seksual, sehingga korban tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Harga diri, kedudukkan, dan nilai seorang perempuan Minangkabau harus dipertanyakan lagi, melihat perlakuan yang sangat miris terjadi begitu mudah terhadap perempuan. Dimana lagi keistimewaan yang dahulunya diberikan kepada perempuan Minangkabau. Untuk mempertahankan keistimewaan tersebut, sebagai seorang perempuan agar lebih berhati-hati dan lebih berani lagi untuk berbicara kebenaran. Untuk siapa pun korban pelecehan seksual jangan terpaku lagi dalam diam, tuntut keadilan supaya para oknum-oknum tersebut mendapatkan ganjaran dan tidak lagi semena-mena terhadap para perempuan. Jangan takut untuk berbicara selagi benar, Indonesia adalah negara hukum yang akan menegakkan suatu keadilan. Perempuan bak berlian yang dikurung dietalase kaca anti pecah dan bergembok, tak sembarang orang bisa menyentuhnya. Perempuan Minangkabau sangat berharga, bahkan jauh lebih berharga dari berlian yang digambarkan. Berharganya dan istimewanya mereka selaras dengan harga diri yang perlu mereka pertahankan dengan teguh.

*Penulis merupakan Mahasiswi Jurusan Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Baca Juga

Satu Anak, Satu Kelas, dan Ketimpangan Pendidikan

Satu Anak, Satu Kelas, dan Ketimpangan Pendidikan

Rabu, 17 Desember 2025 | 14:14 WIB
Pemira UNAND 2025 Dalam Bayang-Bayang Kelalaian Panitia

Pemira UNAND 2025 Dalam Bayang-Bayang Kelalaian Panitia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:24 WIB
Nasionalisme Mahasiswa yang Mulai Terkikis

Nasionalisme Mahasiswa yang Mulai Terkikis

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:57 WIB
Warga Aceh Tamiang Terpuruk : Krisis Pangan dan Air di Tengah Isolasi

Warga Aceh Tamiang Terpuruk : Krisis Pangan dan Air di Tengah Isolasi

Jumat, 5 Desember 2025 | 21:39 WIB
Kedaulatan Digital dan Ancaman Pemblokiran ChatGPT

Kedaulatan Digital dan Ancaman Pemblokiran ChatGPT

Rabu, 3 Desember 2025 | 17:34 WIB
Penolakan Status Bencana Nasional yang Mengorbankan Rakyat Sumatera

Penolakan Status Bencana Nasional yang Mengorbankan Rakyat Sumatera

Selasa, 2 Desember 2025 | 13:48 WIB

TERPOPULER

  • Pemira UNAND 2025 Dalam Bayang-Bayang Kelalaian Panitia

    Pemira UNAND 2025 Dalam Bayang-Bayang Kelalaian Panitia

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Raden Hamzah Sang Panglima Perang Kesultanan Jambi

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • DPT Minim, Partisipasi Pemira UNAND 2025 Turun Signifikan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Satu Anak, Satu Kelas, dan Ketimpangan Pendidikan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Korupsi di UNAND 3,57 Miliar, 12 Orang Tersangka Termasuk Mantan Wakil Rektor l

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak