Nelayan saat melakukan tradisi Maelo Pukek di tepi pantai, Jumat (23/6/2023) (Genta Andalas/Vannisa Fitri)

Oleh: Vannisa Fitri*

Tradisi Maelo Pukek merupakan cara menangkap ikan secara tradisional yang masih dipertahankan turun-temurun oleh masyarakat di Kampung Elo Pukek, Kelurahan Purus, Kota Padang, Sumatra Barat. Istilah Maelo Pukek berasal dari Bahasa Minang, Maelo yang berarti “menarik” dan pukek yang berarti “pukat.” Maelo Pukek adalah keudayaan yang membutuhkan sekelompok orang untuk menangkap ikan di bibir pantai.

Sebelum melakukan Maelo Pukek, nelayan akan menyebarkan Pukek ke laut hingga jarak 1200 meter dari bibir pantai dengan menggunakan perahu. Setelah pukek disebar, kemudian nelayan akan kembali ke bibir pantai dan menunggu selama 30 menit sebelum Pukek ditarik bersama-sama ke arah pinggir pantai. Saat menunggu pukek, nelayan yang menjadi penarik Pukek akan mempersiapkan tali dari kain yang diikatkan ke pinggang untuk menarik Pukek dari pinggir pantai.

Nelayan lalu akan menarik Pukek secara bersama-sama dari dua sisi hingga pinggir pantai. Biasanya, saat menarik Pukek ke arah pinggir pantai memerlukan delapan hingga sepuluh orang. Hasil dari tangkapan Pukek bervariasi, mulai dari Ikan Maco, Ikan Gambolo,, dan Ikan Beledang. Ikan tersebut nantinya akan dijual langsung ke pembeli atau agen yang sudah menunggu di pinggir pantai. Tak jarang pembeli berasal dari pengunjung yang sedang melihat kegiatan ini.

Seorang nelayan yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Ombak Puruih, Sayuti, mengatakan bahwa dalam sehari biasanya kegiatan ini bisa dilakukan lebih dari satu kali tergantung cuaca saat melakukan Maelo Pukek.

“Biasanya di sini kami bisa melakukan Maelo Pukek sehari bisa sebanyak dua hingga tiga kali, namun semua tetap tergantung cuaca. Bila saat melakukan Maelo Pukek ombaknya besar, maka dilakukan satu kali saja,” jelas Sayuti saat diwawancarai pada Jumat (23/6/2023)

Lebih lanjut, Sayuti juga mengungkap bahwa kegiatan Maelo Pukek ini terkadang tidak bisa dilanjutkan karena Pukek yang sedang ditarik ke pinggir pantai tersangkut di bawah laut akibat besi dan kayu-kayu di bawah laut. Hal itu biasanya membuat Pukek rusak dan ikan yang sudah terjaring lepas begitu saja.

Maelo Pukek tidak hanya sebatas kegiatan menangkap ikan saja, namun juga menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk melihat kegiatan ini. Walaupun banyak kegiatan menangkap ikan secara modern namun tradisi Maelo Pukek tidak akan pernah pernah hilang. Hal itu dikarenakan terus diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

Doni, salah satu pengunjung asal Padang mengaku senang melihat tradisi maelo pukek dikarenakan ikan yang dihasilkan segar dan masih baru. “Saya senang saja melihat ikan-ikan tersebut bergerak-gerak. Selain itu ikannya juga segar dan baru,” ungkap Doni.

*Penulis merupakan Mahasiswi Departemen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Andalas

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here