Padang, gentaandalas.com – Universitas Andalas (UNAND) bergerak cepat menanganani dampak banjir bandang yang melanda Kota Padang dan wilayah sekitarnya. Sejak hari pertama bencana, kampus menetapkan masa tanggap darurat dan mengerahkan berbagai unit untuk membantu civitas akademika serta masyarakat terdampak. Rektor UNAND, Efa Yonnedi, mengatakan seluruh satuan kerja langsung berkoordinasi demi memastikan bantuan tidak tertunda. “Kami memprioritaskan keselamatan civitas akademika dan memastikan bantuan cepat sampai,” ujarnya saat diwawancarai Genta Andalas pada Jumat (5/12/2025).
UNAND mencatat sekitar 370 dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan yang terdampak langsung banjir maupun longsor. Untuk meringankan kebutuhan mendesak selama masa pemulihan, pihak kampus menyalurkan bantuan sembako ke rumah masing-masing korban. Selain itu, tim Damkar UNAND diterjunkan untuk membantu membersihkan hunian yang tertimbun lumpur dan material banjir, khususnya di kawasan yang aksesnya masih sulit.
Sejumlah mahasiswa mengaku masih memulihkan kondisi tempat tinggal mereka yang rusak akibat banjir. Salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Nur mengatakan lumpur setinggi lutut memenuhi kamarnya. “Barang-barang banyak yang rusak. Waktu itu saya cuma sempat selamatkan dokumen penting. Setelah banjir surut, tim Damkar UNAND datang bantu bersihin,” ujarnya saat diwawancarai Genta Andalas padaJumat (5/12/2025).
Dalam respons lanjutan, kampus mendirikan Posko Tanggap Bencana di Masjid Nurul Ilmi sebagai pusat distribusi logistik. Posko ini juga digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi warga sekitar Batu Busuk dan mahasiswa yang kehilangan tempat tinggal. Mahasiswa yang kosnya rusak didata dan dipindahkan ke asrama UNAND secara gratis selama satu bulan, dengan opsi perpanjangan jika kondisi belum memungkinkan untuk kembali.
UNAND juga menggratiskan layanan darurat di IGD Rumah Sakit UNAND berkat dukungan donatur yang menanggung seluruh biaya. Kebijakan ini diambil untuk memastikan korban banjir tetap mendapatkan layanan kesehatan tanpa kendala biaya. Selain itu, pihak kampus juga mengirimkan dua tim bantuan ke wilayah paling terdampak seperti Palembayan dan Malalak, mencakup tenaga medis, dokter spesialis, serta tim logistik yang mendistribusikan makanan dan kebutuhan dasar lainnya.
Di sisi infrastruktur, UNAND melaporkan kerusakan pada dua bendungan kampus dan sejumlah fasilitas yang terendam air. Pipa pengganti telah disiapkan, namun pemasangan masih tertunda karena akses menuju lokasi rusak. Pihak kampus menyatakan perbaikan dilakukan bertahap agar aliran air dan aktivitas kampus dapat kembali normal seiring membaiknya kondisi lapangan.
Di tengah upaya pemulihan, Efa kembali menegaskan pentingnya kesiapsiagaan bencana bagi seluruh civitas akademika. Menurutnya, kampus berada di wilayah rawan bencana sehingga inovasi mitigasi harus diperkuat secara serius. “Wilayah ini rawan bencana dan perlu inovasi yang relevan,” katanya. Ia menyebut peningkatan edukasi, kesiapan alat, dan sistem respons cepat sebagai langkah yang harus diprioritaskan ke depan.
Reporter : Auryn Dzakirah dan Tantri Pramudita
Editor : Nasywa Luthfiyyah Edfa







