Padang, gentaandalas.com – Permasalahan parkir liar di lingkungan Universitas Andalas (UNAND) tampaknya tak kunjung usai. Meski aturan jelas dan fasilitas memadai, kendaraan masih kerap ditemukan terparkir sembarangan di trotoar, depan gedung perkuliahan, area perpustakaan, hingga bundaran rektorat yang mengganggu estetika, ketertiban, dan keselamatan warga kampus.
Koordinator Satuan Pengamanan (Satpam) UNAND, AKP Syainul Safriyanto, menegaskan bahwa masalah utamanya bukan pada ketersediaan fasilitas melainkan kesadaran sivitas akademika. “Masalahnya bukan pada ketersediaan fasilitas. Fasilitas parkir yang disediakan sebenarnya sudah memadai, yang masih lemah justru kesadaran, khususnya di kalangan sivitas akademika sendiri,”ujarnya saat diwawancarai oleh Genta Andalas pada Rabu (19/11/2025).
Petugas keamanan kampus menghadapi tantangan besar dalam mengelola parkir, terutama saat jam sibuk ketika mereka harus membagikan kartu parkir di setiap gerbang. AKP Syainul menyayangkan kebiasaan sebagian mahasiswa yang kerap datang saat jam perkuliahan akan dimulai lalu meletakkan kendaraan mereka sembarangan. “Kalau tahu jam masuk pukul 08.00, jangan datang jam 07.55. Jangan menunda-nunda hingga menit terakhir,” tegasnya.
Pengakuan salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) inisial Z memperkuat hal tersebut. Ia sering parkir di depan Gedung Perkuliahan E untuk alasan praktis. “Saya parkir di sana (depan gedung E) biar lebih cepat aja. Kalau hari hujan agar saya tidak terlalu basah dan juga kalau saya misalnya terlambat saya lebih dekat ke gedung kuliah,” ungkapnya saat diwawancarai oleh Genta Andalas (20/11/25).
Pihak keamanan telah melakukan berbagai upaya penertiban maksimal, termasuk menertibkan kendaraan yang parkir sembarangan bahkan yang mengunci setang dan menghalangi akses jalan dengan cara mengangkatnya. Namun petugas sering menjadi sasaran protes karena kendaraan sivitas akademika lainnya terhalang. “Kami sering jadi sasaran protes. Tapi upaya kami sudah maksimal, pihak kampus pun telah mempertimbangkan kebutuhan SDM dengan menempatkan satpam di setiap pos penjagaan,” ungkapnya, menegaskan bahwa jumlah personel keamanan saat ini dinilai sudah mencukupi untuk menangani persoalan tersebut.
Z mengakui bahwa kurangnya pemahaman awal sebagai penyebab pelanggaran. “Saya liat kok rambu-rambunya, tapi awal-awal jujur saya juga nggak tahu ya kalau itu lahan parkir roda empat. Tetapi setelah beberapa waktu dan telah ditegur juga oleh satpam akhirnya saya nggak lagi parkir di sana,” jelasnya.
Untuk menekan pelanggaran, pihak kampus telah memperkuat sistem pengawasan sejak 12 November 2025. Di antaranya pemasangan sistem announcer berbasis toa di area bundaran rektorat dan pemasangan CCTV di seluruh area parkir yang terhubung langsung ke posko satpam. “Kalau ada yang parkir sembarangan di bundaran rektorat, petugas langsung menginformasikan ke pos sentral, lalu kita umumkan lewat toa agar segera dipindahkan,” jelas Aipda Bernard Sihombin, coordinator satpam UNAND lainnya saat diwawancarai oleh Genta Andalas pada Rabu (19/11/2025).
Namun, upaya teknis ini dinilai tidak akan efektif tanpa perubahan perilaku. Penindakan tegas seperti tilang tidak bisa diterapkan di lingkungan kampus karena sifatnya yang berbeda dari ruang publik umum. “Kita ini warga akademik, bukan ranah penegakan hukum lalu lintas. Tidak mungkin mahasiswa langsung ditilang,” tambah Aipda Bernard. Solusi jangka panjang, menurutnya, tetap mengandalkan sosialisasi internal yang konsisten seperti kampanye tertib parkir melalui unit kemahasiswaan dan evaluasi berkala dalam rapat pimpinan universitas.
Ironisnya, kampus yang seharusnya menjadi pusat pembentukan karakter dan etika sosial justru menjadi lokasi pelanggaran sistematis terhadap aturan tertib ruang publik. “Kami di keamanan hanya bisa menyampaikan kendala di lapangan. Tindak lanjut seperti program edukasi atau sanksi internal menjadi kewenangan pimpinan universitas,” ungkap Aipda Bernard. Dengan fasilitas yang memadai, tantangan terbesar UNAND kini bukan soal infrastruktur, melainkan membangun kesadaran kolektif di antara seluruh sivitas akademika.
Reporter: Alizah Fitri Sudira dan Nabila Ramadhani
Editor: Nasywa Luthfiyyah Edfa







