• Indeks
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Minggu, 7 Desember 2025
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
Genta Andalas
Home Aspirasi

Fear of Missing Out; Gangguan Mental Akibat Sosial Media

oleh Redaksi
Senin, 22 Februari 2021 | 00:19 WIB
di Aspirasi, Berita
0
ShareShareShareShare

Oleh : Afri Haikil *)

Berbicara tentang media sosial, tentu bukanlah hal yang asing lagi. Saat ini, media sosial menjadi alternatif untuk berkomunikasi. Jika dibandingkan dengan zaman dahulu yang berkomunikasi jarak jauh menggunakan surat, dengan media sosial kita bisa berbagi pesan dan informasi bahkan berbicara tatap muka walaupun dalam jarak jauh.

Di sisi lain, kita tahu media sosial memiliki dampak baik dan buruk. Beberapa pengaruh baik dari media sosial ini ialah, dengan adanya internet menambah wawasan seseorang, orang yang tidak tahu menjadi tahu; yang tidak mengerti menjadi mengerti. Dengan adanya media sosial, orang yang sudah lama tidak berkomunikasi dengan teman-teman lama bisa dipertemukan kembali. Dengan menggunakan internet dan media sosial seseorang dapat berbagi pengalaman hidupnya, menunjukkan sosok dirinya kepada khalayak.
Namun di balik itu, kita dapat melihat bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara kecanduan media sosial terhadap depresi dan kesendirian. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kecanduan media sosial maka semakin tinggi pula kemungkinan seseorang atau individ mengalami depresi dan menyendiri.

Klasifikasi akibat kecanduan media sosial terus bertambah seiring waktu. Kini dikenal sebuah gangguan mental yang disebut Fear Of Missing Out atau FoMO. FoMO diartikan sebagai suatu keingintahuan yang besar untuk terus tersambung dengan kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
Secara sederhana FoMO juga didefinisikan sebagai ketakutan akan ketinggalan. Takut ketinggalan sesuatu berita, dan yang lebihnya lagi seperti takut ketinggalan update-an sesuatu yang baru, seperti produk atau kegiatan dan aktivitas lainnya yang dilakukan orang lain. Mereka juga akan sering merasa cemas jika tidak dapat bergabung dengan teman-temannya pada suatu kegiatan yang mengasyikkan dalam media sosial tersebut. Hal inilah yang menjadikan seseorang kecanduan bermain gadget.

Akibat kecanduan ini dapat menimbulkan ketidakpuasan pada diri mereka. Mereka tidak akan pernah merasa cukup dengan apa yang telah mereka miliki. FoMO ini juga dapat memicu seseorang untuk lupa bersyukur dengan apa yang telah mereka capai.

Dilansir dari kumparan.com, perasaan FoMO dipercaya menghasilkan hal yang negatif seperti kelelahan, stres, masalah tidur, bahkan menimbulkan gejala psikologis yang negatif. Seperti yang dijelaskan dalam penelitian Psychologi Today bahwa konsekuensi negatif dari FoMO termasuk masalah identitas diri, kecemburuan, kesepian, dan perasaan tidak mampu pada diri pribadi.
Beberapa fenomena sudah cukup membuktikan bahwa FoMO sangat berdampak buruk. Contohnya saja pada tahun 2016, seorang siswi SMP yang tinggal di Koja, Jakarta Utara tewas karena jatuh dari lantai 5 sebuah gedung akibat berswafoto.

Tidak hanya itu, media sosial juga membawa pengaruh yang sangat besar kepada kehidupan masyarakat. Terlebih membawa pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak. Pada tahun 90-an anak-anak lebih menyukai berkumpul, bergaul, dan bermain permainan tradisional. Tetapi coba lihat sekarang, anak-anak pada tahun 2000-an terpengaruh dan terbawa arus oleh perkembangan teknologi.

Seperti menggunakan YouTube. Dari sisi negatifnya, anak-anak di bawah umur dapat mengakses apa saja yang mereka inginkan. Apa yang muncul pada beranda YouTube, mereka bisa menonton yang tidak dibatasi oleh umur. Contohnya saja, mereka menonton perkelahian antara dua orang anak SD yang dibumbui oleh percintaan, bahkan ada beberapa kasus anak di bawah umur yang melakukan adegan ciuman.

Para peneliti menemukan bahwa media sosial dapat merusak mental anak perempuan. Bagi remaja perempuan hampir 60% tekanan pada psikologis. Hal ini dapat dicegah apabila orang tua memperhatikan perkembangan anak, lingkungan anak, dan memberikan mereka edukasi serta kasih sayang. Anak yang tumbuh akibat kurangnya kasih sayang orang tua akan mencari peralihan dengan media sosial. Hal ini dapat memicu anak menciptakan dunianya sendiri. Sehingga mereka kurang bersosialisasi antar teman sebaya dan lingkungannya.

*) Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan Univsersitas Andalas

Tag: AnakAspirasikesehatanmental

Baca Juga

Gotong Royong UNAND Percepat Pemulihan Pascabencana

Gotong Royong UNAND Percepat Pemulihan Pascabencana

Sabtu, 6 Desember 2025 | 18:15 WIB
Seminggu Usai Banjir, UNAND Masih Perkuat Layanan untuk Civitas Terdampak

Seminggu Usai Banjir, UNAND Masih Perkuat Layanan untuk Civitas Terdampak

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:03 WIB
Warga Aceh Tamiang Terpuruk : Krisis Pangan dan Air di Tengah Isolasi

Warga Aceh Tamiang Terpuruk : Krisis Pangan dan Air di Tengah Isolasi

Jumat, 5 Desember 2025 | 21:39 WIB
UNAND Resmi Lepas Mahasiswa KKN Kebencanaan ke Dua Lokasi Terdampak

UNAND Resmi Lepas Mahasiswa KKN Kebencanaan ke Dua Lokasi Terdampak

Jumat, 5 Desember 2025 | 17:45 WIB
Kedaulatan Digital dan Ancaman Pemblokiran ChatGPT

Kedaulatan Digital dan Ancaman Pemblokiran ChatGPT

Rabu, 3 Desember 2025 | 17:34 WIB
Penolakan Status Bencana Nasional yang Mengorbankan Rakyat Sumatera

Penolakan Status Bencana Nasional yang Mengorbankan Rakyat Sumatera

Selasa, 2 Desember 2025 | 13:48 WIB

TERPOPULER

  • Penolakan Status Bencana Nasional yang Mengorbankan Rakyat Sumatera

    Penolakan Status Bencana Nasional yang Mengorbankan Rakyat Sumatera

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Aksi Telepon Gelap Intimidasi Mahasiswa UNAND

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Raden Hamzah Sang Panglima Perang Kesultanan Jambi

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Korupsi di UNAND 3,57 Miliar, 12 Orang Tersangka Termasuk Mantan Wakil Rektor l

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Kedaulatan Digital dan Ancaman Pemblokiran ChatGPT

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak