
padang, gentaandalas.com- Puluhan perwakilan organisasi mahasiswa (Ormawa) Universitas Andalas (UNAND) menyampaikan berbagai persoalan krusial dalam forum resmi bersama pimpinan universitas yang digelar di Ruang Senat Lantai 4 Gedung Rektorat, Jumat (25/4/2025). Pertemuan yang dihadiri Rektor UNAND, jajaran wakil rektor, Sekretaris Universitas Aidinil Zetra, serta sejumlah direktur dan kepala unit terkait ini menjadi wadah strategis untuk menyampaikan aspirasi langsung kepada pimpinan kampus, khususnya terkait fasilitas, pendanaan, dan kebijakan kemahasiswaan.
Isu yang paling banyak disoroti dalam pertemuan tersebut adalah buruknya kondisi inventaris sekretariat dan kejelasan aliran dana operasional. Sejumlah unit kegiatan mahasiswa (UKM) mengeluhkan perlunya pembaruan alat penunjang seperti kamera, komputer, serta meja dan kursi yang layak
Ketua UKM Neo-Telemetri, Abdalul Fikri, menyoroti kondisi perangkat komputer yang usang dan tidak mampu lagi mendukung aktivitas berbasis teknologi. “PC terakhir diperbarui sekitar tahun 2012–2013. Sekarang sudah tidak memadai untuk mendukung pembuatan website dan aplikasi,” ujarnya.
Senada dengan itu, Direktur Utama UKM Andalas Sinematografi, Muhammad Zaki Rabbani, menyoroti buruknya kondisi peralatan dokumentasi. Kamera yang digunakan telah berusia lebih dari satu dekade dan pengajuan pengadaan peralatan baru tidak kunjung mendapat tanggapan. “Kami bahkan terpaksa meminjam alat ke pihak kemahasiswaan, tapi ketersediaannya tidak selalu ada,” keluh Zaki.
Permasalahan ruang sekretariat juga menjadi perhatian. UKM Racana Swarnadwipa Pramuka UNAND melaporkan bahwa perlengkapan organisasi mereka masih tersimpan di luar karena belum ada kejelasan mengenai penggunaan gudang. Sementara itu, President UKM Andalas Debating Society, Rafika Halya Izzati, menyampaikan bahwa organisasinya belum memiliki sekretariat maupun aset penunjang. Ia juga menyoroti rencana pemangkasan dana operasional. “Kami belum punya aset sama sekali, justru dananya malah ingin dipotong,” ujarnya.
Dari sisi pendanaan, sejumlah ormawa menyampaikan kekecewaan atas pemangkasan dana operasional yang berdampak langsung terhadap keberlangsungan kegiatan mahasiswa. Abdalul Fikri mempertanyakan pemotongan dana UKM Neo-Telemetri dari Rp16 juta menjadi Rp11 juta. BEM KM Fakultas Kesehatan Masyarakat juga menyoroti pemotongan dana yang dinilai bertentangan dengan janji Rektor untuk tidak mengurangi anggaran lembaga kemahasiswaan tahun ini.
Ketua Umum Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM), Rayhan Febrian, turut meminta kejelasan terkait kasus penyelewengan dana ormawa yang pernah terjadi serta mempertanyakan kebijakan dana wakaf mahasiswa baru yang dianggap memberatkan. “Kenapa tidak maksimalkan saja sumber daya yang dimiliki UNAND untuk menggali potensi pendanaan?” tanyanya.
Isu pembangunan infrastruktur kampus pun turut mengemuka. BEM KM Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dan Fakultas Teknologi Informasi (FTI) mempertanyakan kelanjutan pembangunan gedung perkuliahan mereka yang sempat terhenti. Keluhan lain juga muncul terkait tingginya biaya wisuda, yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Pergerakan BEM KM UNAND.
Menanggapi berbagai aspirasi tersebut, Sekretaris Universitas Aidinil Zetra menjelaskan bahwa kasus penyelewengan dana ormawa telah diselesaikan secara hukum. “Sejak 2022, Bendahara Pembantu WR I, Muhammad Arsal, telah divonis dengan denda Rp200 juta dan penggantian kerugian sebesar Rp533 juta. Dana tersebut telah disita dan akan segera dikembalikan ke universitas,” jelasnya.
Wakil Rektor I, Syukri Arief, menjawab keluhan terkait biaya wisuda dengan menyampaikan adanya wacana menggabungkan wisuda tingkat fakultas dan universitas menjadi satu kali saja. “Masih dikaji ulang sistem pengelolaannya serta berapa besar anggaran yang ideal agar lebih efisien,” katanya.
Sementara itu, Wakil Rektor II, Hefrizal Handra, menjelaskan bahwa keterbatasan anggaran menjadi penyebab utama pemangkasan dana kemahasiswaan. “Dana bantuan pendanaan PTN Badan Hukum tahun ini hanya Rp28 miliar, turun drastis dari sebelumnya Rp84 miliar. Setiap unit, termasuk rektorat, mengalami pemotongan sekitar 30 persen,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa inisiatif seperti dana wakaf dan dana abadi merupakan upaya jangka panjang untuk mendukung kegiatan non-akademik serta beasiswa.
Dalam penutupnya, Rektor UNAND Efa Yonnedi mengumumkan bahwa pembangunan gedung Fakultas Kedokteran Gigi telah kembali berjalan dengan dukungan dana sebesar Rp8,3 miliar dari Pertamina, dan ditargetkan rampung pada 23 Desember 2025. “Proyek ini sepenuhnya terpisah dari dana UKT,” tegasnya. Ia juga menekankan bahwa UKT di UNAND masih tergolong paling rendah di antara PTN-BH se-Indonesia.
Pertemuan ditutup dengan pernyataan dari Rektor bahwa seluruh masukan mahasiswa akan didokumentasikan dan dibahas bersama pihak dekanat dan unit terkait. Ia berharap sinergi antara mahasiswa dan pimpinan kampus dapat terus terjalin dalam menyelesaikan berbagai tantangan di masa depan.
Reporter: Asyani Rahayu Simatupang dan Zulkifli Ramadhani
Komentar