Pasang Iklan Disini

Diabetes pada Anak Meningkat, Tantangan Besar Menuju Generasi Sehat


 

(Ilustrasi/Zahra Nurul Aulia)

Oleh: Alya Antasya*

Kasus diabetes melitus  pada anak-anak di Indonesia menunjukkan peningkatan yang sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan melalui RSUP Dr. Mohammad Hoesin (RSMH), jumlah anak dan remaja yang terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 terus melonjak tajam dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2023 saja, tercatat lebih dari 1.600 kasus diabetes melitus pada anak di 13 kota besar di Indonesia, sebuah lonjakan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Fenomena ini mencerminkan pola hidup yang semakin tidak sehat, khususnya konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula, rendah nutrisi, serta kebiasaan jajan yang kurang terkontrol.

Penyebab  meningkatnya penyakit diabetes pada anak salah satunya karena pola makan yang tidak sehat. Anak anak cenderung menyukai makanan  dan minumana manis yang mengandung kadar gula yang terlalu tinggi. Menurut laporan Antaranews kebiasaan mengkonsumsi jajanan manis berperan besar dalam gangguan metabolism tubuh, yang menyebabkan tingginya kadar gula darah pada anak, terutama yang tidak aktif berolahraga. Anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan, sering terpapar dengan makanan dan minuman yang mengandung banyak gula seperti minuman manis, permen, keripik dan jajanan lainnya. Jajanan ini sangat mudah ditemukan di sekitar sekolah  atau tempat bermain, yang meningkatkan resiko anak-anak untuk terkena berbagai macam penyakit metabolic, salah satunya penyakit diabetes.

Dilansir dari Kemenkes RSMH, menurut ketua umum IDAI, konsumsi jajanan yang kaya gula tidak hanya berdampak pada peningkatan kadar gula darah, tetapi juga dapat menyebabkan gangguan metabolic lainnya, salah satunya obesitas. Kondisi seperti ini jika tidak di tangani dengan cepat bisa menyebabkan resiko yang tinggi bagi penderita diabetes tipe 2, seperti penyakit jantung dan penyakit lainnya. Sebuah studi di Rumah Sakit Umum (RSUD) kota Semarang menunjukkan bahwa sekitar 50 persen anak yang obesitas pada usia dini berisiko tinggi menderita diabetes melitus pada usia remaja.

Selain pola makan yang buruk, gaya hidup yang cenderung tidak aktif seperti olahraga juga menjadi salah satu faktor utama dalam meningkatnya angka diabetes pada anak. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi sekarang ini, keberadaan tegnologi seperti gadget membuat mereka sekarang ini banyak menghabiskan waktu di depan gadget dari pada melakukan sebuah kegaiatan fisik. Akibanya, mereka menjadi kurang bergerak yang dimana hal itu berpengaruh pada metabolisme tubuh mereka.  Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan ketidakseimbangan kalori, yang memicu penumpukan lemak dalam tubuh yang meningkatkan resiko diabetes.

Pola hidup ini makin diperburuk dengan kurangnya kesadaran orang tua tentang pentingnua menjaga pola makan. Apalagi keluarga memegang peran penting menjaga pola makan serta kebiasaan makan anak-anaknya. Menurut laporan yang diterbitkan oleh  Universitas Andalas, bahwa orang tua yang aktif mengawasi makanan manis dan mendorong anak-anak mereka untuk berolahraga dapat mencegah terjadinya diabetes pada anak.

Orang tua bertanggung jawab untuk memastikan anak mereka mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi. Bahwa anak  yang terbiasa dengan pola makan yang seimbang, dengan mengkonsumsi sayuran, buah, dan protein yang cukup, memiliki peluang lebih kecil untuk menderita penyakit diabetes. Sebaliknya, jika sudah terbiasa dengan mengkonsumsi makanan ringan yang tidak sehat cepat saji dapat berpeluang besar berisiko mendapatkan penyakit diabetes pada anak.

Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah perkembangan diabetes pada anak-anak. Salah satu cara untuk mencegahnya adalah dengan memastikan jajanan yang dijual di kantin sekolah memiliki kandungan gizi yang seimbang dan tidak mengandung gula berlebih. Sayangnya, banyak sekolah di Indonesia yang masih kurang memperhatikan hal ini, sehingga anak-anak menjadi lebih rentan terhadap risiko diabetes. Namun, beberapa sekolah di Jakarta telah mulai menerapkan kebijakan untuk membatasi penjualan jajanan yang tidak sehat. Menurut Kompas.com, kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi makanan manis dan memberikan pilihan jajanan yang lebih sehat, seperti buah-buahan atau camilan berbahan dasar gandum

Untuk mengatasi peningkatan risiko diabetes pada anak, diperlukan upaya jangka panjang yang melibatkan kolaborasi antara orang tua, sekolah, dan pemerintah. Orang tua berperan sebagai pendidik utama dalam mengajarkan anak-anak mengenai pentingnya pola makan sehat dan aktivitas fisik yang cukup, serta mengurangi konsumsi makanan yang berisiko menyebabkan diabetes. Sekolah dan pemerintah juga harus lebih ketat dalam mengawasi jajanan yang dijual di lingkungan sekolah, memastikan makanan sehat tersedia untuk mendukung tumbuh kembang anak. Selain itu, pemerintah perlu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya diabetes, terutama pada anak-anak, melalui edukasi yang menyentuh orang tua. Tidak hanya melalui penyuluhan, tetapi juga dengan menyediakan fasilitas olahraga dan kegiatan yang mendorong anak-anak dan remaja untuk aktif secara fisik, guna menurunkan risiko diabetes dan membentuk generasi yang lebih sehat.

Editor: Nurul Ilmi Ramadhani

Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *