Oleh: *Alya Antasya
My Annoying Brother adalah adaptasi dari film Korea dengan judul yang sama, yang kini digarap dalam versi Indonesia oleh sutradara Dinna Jasanti. Film ini baru saja dirilis di bioskop Indonesia pada 24 Oktober 2024 dengan durasi 1 jam 54 menit.
Ceritanya mengisahkan pertemuan kembali dua saudara, Kemal dan Jaya, yang sudah lama terpisah dan dipersatukan dalam situasi yang tak terduga. Film ini memadukan unsur komedi, drama, dan emosi mendalam, menciptakan kisah menyentuh tentang hubungan persaudaraan. Karakter tambahan seperti Amanda, yang diperankan oleh Caitlin Halderman, dan Fauzan, yang diperankan oleh Kristo Immanuel, turut memberi warna pada cerita.
Cerita berfokus pada Kemal, seorang atlet judo muda berprestasi yang mengalami perubahan drastis dalam hidupnya. Diperankan oleh Angga Yunanda, awalnya hidup Kemal penuh harapan, hingga suatu kecelakaan tragis dalam pertandingan membuatnya kehilangan penglihatannya secara permanen. Kehilangan ini membuat Kemal merasa putus asa dan menarik diri dari kehidupan, apalagi ia hanya tinggal sendiri setelah kepergian kedua orang tuanya.
Di tengah masa sulit itu, muncullah Jaya, diperankan oleh Vino G. Bastian, kakak tirinya yang sudah lama tak terlihat. Namun, Jaya hadir bukan karena ingin peduli, melainkan karena memiliki niat tersembunyi. Sebelumnya, Jaya adalah seorang narapidana yang mendapat kebebasan bersyarat dengan dalih untuk merawat Kemal, adiknya yang kini tunanetra. Jaya yang selama ini dikenal tidak bertanggung jawab dan sering memanfaatkan keadaan untuk kepentingan pribadi, justru akhirnya menemukan kembali ikatan keluarga bersama Kemal. Meskipun hubungan mereka penuh cekcok dan kelucuan, keduanya secara perlahan membangun kembali ikatan sebagai saudara.
Film ini berhasil membangun chemistry yang kuat antara dua saudara yang awalnya tidak saling menerima, namun akhirnya menyadari bahwa mereka saling membutuhkan. Hal ini membuat penonton terbawa emosi dalam setiap momen yang disajikan, mulai dari adegan jenaka hingga momen yang mengharukan. Kehadiran karakter-karakter lain juga menambah kompleksitas cerita. Meski merupakan adaptasi dari film Korea dengan judul yang sama, sang sutradara berhasil memasukkan elemen lokal yang membuatnya sangat relevan dengan kehidupan di Indonesia.
My Annoying Brother versi Indonesia menyampaikan pesan kekeluargaan yang kuat, menekankan pentingnya saling mendukung, meskipun terkadang ada pertengkaran di dalamnya. Film ini mengingatkan bahwa keluarga adalah tempat yang penuh kedamaian dan selalu menjadi tempat kembali yang terbaik. Film ini juga mengajak penonton untuk menyadari bahwa setiap orang memiliki perjuangan masing-masing, dan terkadang mereka membutuhkan dukungan serta kehadiran orang terdekat untuk bangkit kembali. Pentingnya memaafkan, mengikhlaskan masa lalu, dan memberikan kesempatan kedua, bahkan kepada mereka yang pernah mengecewakan kita, adalah pesan moral yang diusung.
Namun, film ini juga memiliki kekurangan. Ekspektasi yang tinggi terhadap adaptasi dari film Korea menyebabkan adanya kekecewaan karena ada adegan dari versi aslinya yang tidak ditampilkan dalam versi Indonesia. Beberapa adegan komedi juga dirasa terlalu dipaksakan, dan aspek sinematografi kurang mampu menghadirkan visualisasi yang mendalam untuk memperkuat emosi. Meskipun demikian, kelebihan film ini tetap menonjol, mulai dari akting yang mengesankan dan chemistry para pemeran, hingga unsur budaya lokal yang kental serta pesan moral yang bermakna bagi penonton.
Adaptasi dari film Korea yang pertama kali rilis pada tahun 2016 ini sukses menarik antusiasme penonton dengan sentuhan budaya Indonesia. Meskipun terdapat perbedaan budaya, pesan dari sutradara tetap tersampaikan dengan baik kepada penonton Indonesia. Film ini sangat cocok dinikmati bersama teman atau keluarga, sebagai pengingat akan pentingnya dukungan satu sama lain.
Selamat menonton!
Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas*
Editor: Fadhilatul Husni