Oleh: Lara Elisa Putri*
Roleplayer adalah bermain peran di sosial media dengan menggunakan nama samaran dan memainkan peran yang bukan identitas asli diri. Dalam bermain roleplayer ini, tidak diperbolehkan memakai identitas asli baik nama maupun foto dan biasanya dimainkan di sosial media. Tak jarang dalam bermain roleplayer pengguna justru membuat konten yang tidak senonoh dan merugikan artis atau individu yang digunakan sebagai identitas roleplayer.
Dampak negatif yang dapat di rasakan dari bermain roleplayer adalah pengguna menjadi ketagihan. Seseorang akan bermain gadget secara berlebihan karena terlalu tenggelam dalam dunia sendiri yang sudah diciptakannya. Bagi anak di bawah umur, efek kecanduan bisa berdampak pada tumbuh kembangnya dan melalui bermain peran menjadi orang lain, anak bisa kehilangan jati dirinya.
Kebiasaan bermain peran sebagai orang lain dapat membuat seseorang kehilangan jati dirinya sendiri sehingga bisa berujung kepada rasa tidak percaya diri.
Ketidakpastian dalam roleplayer ini bisa membuat seseorang kebingungan dan bahkan bisa menyebabkan stres ringan. Hal ini dikarenakan seseorang yang telah terikat secara batin dengan lawan mainnya akan dibuat bingung dan bertanya-tanya. Pertanyaannya, kenapa demikian? Hal ini dikarenakan pemain tidak bisa menebak jenis kelamin lawan bermainnya.
Selain itu, lawan bermain yang tiba-tiba berhenti bermain tetapi sudah terkoneksi secara emosional akan membuat pemain lain merasa kehilangan.
Kejahatan yang dilakukan secara daring sebenarnya juga menjadi ancaman dalam bermain roleplayer ini. Contohnya adalah kejahatan seksual dan penipuan. Bermain peran sebagai orang lain yang memiliki sifat buruk tentu memperlebar berbagai risiko tersebut untuk terjadi. Apalagi jika dapat lawan main yang membawa berbagai macam dampak negatif.
Selanjutnya, jika dilihat dari sudut pandang lain, seseorang bisa mendapatkan hal yang tidak dia dapatkan di kehidupan normalnya. Misalnya seseorang yang memiliki keluarga yang tidak akur, bisa merasakan keluarga yang harmonis dengan bermain roleplayer . Hal ini dapat menumbuhkan semangat dan rasa kebahagiaan bagi si pemain. Namun, tentu saja rasa bahagia ini hanya bersifat semu sebab semua yang dirasakan pemain tidak nyata, hanya sebatas ‘bermain peran’.
Peran orang tua dalam mengawasi anak sangat diperlukan untuk mencegah anak terkena dampak bermain roleplayer ini. Selain itu, pendidikan penggunaan sosial media yang baik harus diberikan kepada anak agar dapat menggunakan sosial media secara bijak. Kesadaran dari diri sendiri tentu menjadi faktor besar agar tidak terjerumus dalam dampak buruk roleplayer.
*Penulis merupakan mahasiswi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas