• Indeks
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Sabtu, 4 Oktober 2025
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
Genta Andalas
Home Gentainment Karya Calon Anggota

Tolak Bala, Tradisi Menghalau Petaka di Nagari Lingkuang Aua

oleh Redaksi
Jumat, 30 Juni 2023 | 17:10 WIB
di Karya Calon Anggota, Khasanah Budaya
0
(Ilustrator/Zahra Nurul)

(Ilustrator/Zahra Nurul)

ShareShareShareShare
(Ilustrator/Zahra Nurul)

Oleh: Aprila Aurahmi*

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, dan bahasa. Keberagaman tersebut berbeda-beda di setiap daerahnya. Setiap daerahnya mempunyai keunikan tersendiri yang membuat keberagaman budaya tersebut semakin indah. Salah satu keberagaman budaya Indonesia yang menjadi sorotan yaitu upacara adat. Menurut Koentjaningrat upacara adat adalah segala kegiatan yang dilaksanakan secara bersama-sama oleh masyarakat dalam suatu komunitas yang dianggap sebagai bentuk kebangkitan dalam diri masyarakat. Seperti pada Nagari Lingkuang Aua, Pasaman Barat, Sumatra Barat (Sumbar) yang memiliki upacara adat Tolak Bala.

Tolak Bala adalah kegiatan warga desa yang berisi ritual memanjatkan doa dnegan tujuan agar desa terhindar dari segala bentuk penyakit dan malapetaka. Masyarakat di Nagari Lingkuang Aua biasa melakukan upacara adat Tolak Bala dalam bentuk memunajatkan doa bersama kepada Allah. Tokoh ninik mamak Nagari Lingkuang Aua, Yasrizal mengatakan bahwa tolak bala dilakukan jika terjadi suatu musibah yang mampu mengganggu ketentraman masyarakat kampung.

“Tolak bala dilakukan ketika menyerang kehiduoan masyarakat, seperti belum lama ini tolak bala dilakukan saat Covid-19 melanda Indonesia,” kata Yusrizal pada Minggu (25/6/2023).

Upacara adat tolak bala yang dilakukan oleh masyarakat Nagari Lingkuang Aua biasanya dilakukan pada malam hari. Tokoh masyarakat kampung akan mengumumkan adanya upacara adat tolak bala jika dirasa musibah yang datang benar-benar harus ditangani secara religis. Tolak bala dilakukan jika seluruh usaha dari masyarakat sebelumnya tidak membuahkan hasil yang diinginkan.

Tolak bala dilakukan dengan cara, seminggu sebelum dilaksanakannya masyarakat bergotong royong membersihkan pekarangan rumah serta fasilitas-fasilitas umum. Kemudian, setelahnya akan diberi pengumuman di musala bahwa upacara adat tolak bala akan dilaksanakan. Dalam melakukan upacara adat tolak bala, masyarakat diharuskan memakai pakaian serba putih. Perempuan maupun laki-laki diwajibkan menutup aurat. Lalu, masyarakat diwajibkan membawa obor atau dikenal dengan nama suluah di tangan masing-masing.

Kegiatan ini dilakukan sehari sebelumnya di musala terdekat dari rumah. Biasanya, bapak-bapak akan mencaro bumbu bersama dan membuatnya di musala. Sedangkan, para ibu-ibu akan membawa persediaan makanan, seperti kue bolu, lopek, dan roti-rotian. Setelah itu, pada hari yang telah ditentukan oleh tetua adat, masyarakat akan melaksanakan salat Maghrib dan Isya berjamaah di masjid bagian timur kampung. Setelah selesai salat, masayrakat akan memulai tradisi adat tolak bala.

Masyarakat yang mengikuti tradisi adat tolak bala akan berjalan bersama-sama sembari membawa obor di tangan kanan. Kegiatan ini dilakukan sembari mengucakpak zikir-zikir kemudian mengucapkan takbir sembari berjalan menuju ujung kampung. Sesampainya di ujung kampung, atau lebih tepatnya di sebuah jurang bagian kanan jalan raya. Tokoh ninik mamak yang telah dianggap memiliki ilmu agama yang tinggi akan melantunkan doa tolak bala. Setelahnya akan dikumandangkan adzan oleh seorang pemuda kampung.

Setelah mengumandangkan adzan, upacara adat tolak bala telah selesai dilakukan ditutup dengan doa bersama di sebuah masjid bagian barat kampung, masjid tersebut adalah masjid tertua di Nagari Lingkuang Aua. Obor-obor yang dibawa oleh masayrakat yang mengikuti upacara adat tolak bala akan dimatikan di sana dan lanjut pulang ke rumah masing-masing. Upacara adat tolak bala biasanya dilakukan setelah selesai salat Isya, sekitar pukul 23.00 malam. Rute perjalanan yang dilakukan sejauh 4km.

Walaupun upacara adat tolak bala dilakukan dalam rangka penghalau musibah, masyarakat Nagari Lingkuang Aua melaksanakannya dengan sangat bersuka cita, terlebih bagi anak-anak dan pemuda pemudinya. Hal tersebut karena, upacara adat tersebut hanyalah dilakukan masyarakat kampung yang bergotong royong dan Bersatu padu dalam melaksanakannya. Jadi, selain mempunyai manfaat yang diharapkan dapat mengusir musibah, upacara adat tolak bala juga mendatangkan rasa kebersamaan sesama masyarakat kampung.

Salah seorang warga Nagari Lingkuang Aua, Derita Yasri yang juga ikut menyiapkan hidangan ini mengakui bahwa upacara tolak bala sangat bisa merangkul kebersamaan dan tali persaudaraan yang telah longgar. “Upacara adat tolak bala mampu membuat kita sadar bahwa semua urusan diserahkan kembali kepada Allah dan memperkuat tali persaudaraan,” tutur Yasri.

*)Penulis merupakan mahasiswi Departemen Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Label: adattolak balatradisi
BagikanTweetBagikanKirim

Baca Juga

Solidaritas Perempuan, Jangan Hanya di Media Sosial

Solidaritas Perempuan, Jangan Hanya di Media Sosial

Jumat, 5 September 2025 | 22:58 WIB
Kompleks Makam Kuno Malalo: Bukti Tradisi Berkelanjutan dari Megalitik hingga Islam

Kompleks Makam Kuno Malalo: Bukti Tradisi Berkelanjutan dari Megalitik hingga Islam

Jumat, 5 September 2025 | 22:33 WIB
Sejarah Publik:  Alternatif Karier Non Akademis

Sejarah Publik: Alternatif Karier Non Akademis

Kamis, 4 September 2025 | 08:44 WIB
Aksi 1 September ditunggangi, BEM UNAND Nyatakan Sikap

Aksi 1 September ditunggangi, BEM UNAND Nyatakan Sikap

Rabu, 3 September 2025 | 18:55 WIB
Empat Tahun PTN-BH, UNAND Dinilai Gagal Berbenah

Empat Tahun PTN-BH, UNAND Dinilai Gagal Berbenah

Rabu, 3 September 2025 | 11:34 WIB
MWA-UM: Dari Wadah Representasi Menjadi Portofolio Jabatan

MWA-UM: Dari Wadah Representasi Menjadi Portofolio Jabatan

Rabu, 3 September 2025 | 08:50 WIB

TERPOPULER

  • Korupsi di UNAND 3,57 Miliar, 12 Orang Tersangka Termasuk Mantan Wakil Rektor l

    Korupsi di UNAND 3,57 Miliar, 12 Orang Tersangka Termasuk Mantan Wakil Rektor l

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Kronologi Korupsi Alat Laboratorium yang Jerat Petinggi UNAND

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • UNAND Angkat Bicara Kasus Korupsi Rp3,57 Miliar

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Atap Bagonjong pada Rumah Gadang sebagai Identitas Sosial Masyarakat Minangkabau

    1 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Inovasi Teknologi: Solusi Modern untuk Pelestarian Budaya Lokal di Tengah Globalisasi

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak