• Indeks
  • Redaksi
  • Tentang Kami
Rabu, 29 Oktober 2025
Genta Andalas
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
  • Berita
    • Liputan
    • Berita Foto
    • Sorotan Kampus
    • Feature
    • Laporan
      • Laporan Utama
      • Laporan Khusus
  • Aspirasi
  • Wawasan
  • Riset & Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Komik
    • Resensi
    • Galeri
  • Sosok
  • Sastra & Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Digital
    • Tabloid
    • Genta Antara
    • Buletin
Genta Andalas
Home Aspirasi

Komunitas Permainan Tradisional Sebagai Pencegah Phantom Vibration Syndrome

oleh Redaksi
Jumat, 13 Januari 2023 | 22:41 WIB
di Aspirasi
0
Ilustrator/Nabila Anisa

Ilustrator/Nabila Anisa

ShareShareShareShare
(Ilustrator/Nabila Annisa)

Oleh: Adi Prayoga*

Sebagai pengguna telepon genggam untuk keperluan kegiatan sehari-hari, tentu kita mungkin pernah merasakan telepon genggam bergetar atau berdering yang pada kenyataannya sedang tidak aktif. Faktanya, tidak ada notifikasi, getaran, maupun suara panggilan yang masuk. Fenomena tersebut merupakan suatu sindrom yang timbul akibat kecanduan digital yang disebut dengan phantom vibration syndrome.

Dikutip dari KlikDokter.com, phantom vibration syndrome merupakan suatu keadaan seperti merasakan telepon genggam bergetar atau berdering padahal kenyataannya tidak. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai halusinasi akibat penggunaan telepon genggam. Sebuah penelitian di Georgia Institute Of Technology menemukan perubahan tingkah laku akibat penggunaan telepon genggam. Sebanyak 9 dari 10 orang mengalami phantom vibration syndrome saat telepon genggam disimpan di saku pakaian.  Sindrom ini juga dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan.

Khlaiwi (2012) menyebutkan bahwa phantom vibration syndrome dapat menimbulkan sakit kepala, peningkatan kecerobohan, dan sering terjadi kelupaan pada diri individu. Saat sindrom ini terjadi, saraf kita seolah sudah diatur untuk merespons getaran telepon genggam demi sebuah penghargaan semu ala media sosial.

Peristiwa ini dapat menyebabkan seseorang memeriksa telepon genggamnya secara berkala dan tidak menutup kemungkinan di situasi yang dapat membahayakan fisik seperti mengendarai kendaraan atau saat menyeberang, serta hilangnya kesadaran waktu sehingga mengganggu produktivitas individu. Sindrom ini jika dibiarkan saja dapat menyebabkan gangguan psikologis seperti kecemasan dan hilangnya fokus. Alangkah baiknya jika kita dapat membentengi diri dari sindrom ini.

Ada berbagai macam hal yang dapat kita lakukan untuk menahan diri agar tidak berlebihan dalam menggunakan telepon genggam. Salah satunya yaitu dengan mengikuti komunitas, salah satunya komunitas Traditional Games Return (TGR) yang bergerak dibidang permainan tradisional. TGR merupakan salah satu komunitas sosial yang tepat untuk mencegah phantom vibration syndrome dengan memanfaatkan permainan tradisional sembari melestarikannya.

Komunitas TGR bermaksud untuk mensosialisasikan permainan tradisional kepada masyarakat, melestarikan permainan tradisional, serta mengembalikan antusiasme anak-anak Indonesia untuk kembali bermain permainan tradisional di era modern ini. Salah satu permainan yang sangat digemari banyak orang adalah petak umpet. Permainan masa kecil yang sangat melekat dengan kepribadian kita. Lewat permainan ini, kita dapat berinteraksi langsung dengan banyak orang dan dapat membuat kita jauh dari penggunaan telepon genggam saat permainan berlangsung. Tidak hanya petak umpet, masih banyak permainan tradisional lainnya yang dapat membuat kita jauh dari penggunaan telepon genggam. Kurangnya penggunaan telepon genggam dapat membuat sifat kecanduan tersebut berkurang.

Inilah alasan kenapa dengan mengikuti Komunitas TGR (Traditional Games Returns) menjadi langkah yang tepat dalam mencegah phantom vibration syndrome. Komunitas ini mengajak kita untuk berkarya, bersuara, dan berbudaya dalam isu permainan tradisional. Kita diajak untuk bertemu banyak orang sembari bermain. Hal itu dapat memberikan kita peluang dalam mengurangi penggunaan telepon genggam sehingga kita dapat menjauhi barang itu sejenak.

Melalui komunitas ini pula bermacam hal tentang permainan tradisional dapat ditemukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengimbangi dampak negatif dari telepon genggam itu sendiri. Semua pihak dapat berperan dalam memerangi kecanduan telepon genggam ini. Tentu peran mahasiswa sebagai agent of behaviour of change juga diharapkan dapat menjembatani masyarakat dalam mengubah pola stigma. Perubahan itu harus dimulai dari diri sendiri sebagai fasilitator untuk menjaga kestabilan energi dan kesehatan mental pada nuansa dini.

*Penulis merupakan Mahasiswa Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian Universitas Andalas

Editor: Asa Alvino Wendra

Label: komunitasopini
BagikanTweetBagikanKirim

Baca Juga

Solidaritas Perempuan, Jangan Hanya di Media Sosial

Solidaritas Perempuan, Jangan Hanya di Media Sosial

Jumat, 5 September 2025 | 22:58 WIB
Sejarah Publik:  Alternatif Karier Non Akademis

Sejarah Publik: Alternatif Karier Non Akademis

Kamis, 4 September 2025 | 08:44 WIB
MWA-UM: Dari Wadah Representasi Menjadi Portofolio Jabatan

MWA-UM: Dari Wadah Representasi Menjadi Portofolio Jabatan

Rabu, 3 September 2025 | 08:50 WIB
Dilema Naturalisasi: Antara Penguatan Timnas dan Regenerasi Lokal

Dilema Naturalisasi: Antara Penguatan Timnas dan Regenerasi Lokal

Rabu, 3 September 2025 | 08:31 WIB
Turun di Atas Kertas, Kemiskinan Nyata Masih Menghantui

Turun di Atas Kertas, Kemiskinan Nyata Masih Menghantui

Selasa, 2 September 2025 | 09:31 WIB
Mendaki Gunung: Antara Eksistensi dan Keselamatan

Mendaki Gunung: Antara Eksistensi dan Keselamatan

Senin, 18 Agustus 2025 | 11:56 WIB

TERPOPULER

  • Atap Bagonjong pada Rumah Gadang sebagai Identitas Sosial Masyarakat Minangkabau

    Atap Bagonjong pada Rumah Gadang sebagai Identitas Sosial Masyarakat Minangkabau

    1 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Korupsi di UNAND 3,57 Miliar, 12 Orang Tersangka Termasuk Mantan Wakil Rektor l

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Zaki Latif Resmi Terpilih Sebagai PU Genta Andalas 2025/2026

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Mengenal Uang Japuik, Adat Pariaman yang Masih Sering Disalahartikan

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Zulkifli Ramadhani Terpilih Menjadi PU Genta Andalas Periode 2023/2024

    0 bagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
Genta Andalas

Genta Andalas © 2025

Laman

  • Indeks
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Kontak
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Follow Us

  • Home
  • Berita
    • Berita Foto
    • Liputan
    • Sorotan Kampus
    • Feature
  • Laporan
    • Laporan Khusus
    • Laporan Utama
  • Aspirasi
  • Wawasan
    • Teknologi
  • Riset dan Survei
  • Aneka Ragam
    • Konsultasi
    • Resensi
    • Komik
    • Galeri
  • Sastra dan Budaya
    • Sastra dan Seni
    • Rehat
    • Khasanah Budaya
  • e-Tabloid
    • Digital
  • Sosok
  • Gentainment
    • Seputar Genta
    • Karya Calon Anggota
  • Tentang Kami
  • Pembina
  • Redaksi
  • Agenda
    • Pekan Jurnalistik
    • Sumarak Jurnalistik
  • Pedoman Pemberitaan
    • Pedoman Pemberitaan Media Siber
    • Pedoman Pemberitaan Ramah Anak
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Kontak