Oleh : Anisa Permata Sari*
Berita telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat dunia, termasuk Indonesia. Dunia tanpa berita ibarat sayur tanpa garam, hambar rasanya. Setiap hari selalu ada berita terbaru yang hadir guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi. Banyak sekali berita yang beredar di kehidupan kita dengan berbagai topik. Ada berita olahraga, politik, ekonomi, sosial budaya, dan lain sebagainya. Media penyampaian berita juga beragam, ada yang disampaikan melalui media cetak seperti koran dan majalah, ada yang disampaikan melalui radio, televisi, media online, dan yang paling sederhana adalah penyampaian dari mulut ke mulut. Setiap masyarakat tentunya memiliki selera yang berbeda akan berita, tapi satu hal yang akan selalu sama, bahwa setiap masyarakat ingin mengonsumsi berita yang berkualitas, bermanfaat, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Berita memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar layak menjadi konsumsi masyarakat. Pertama, sebuah berita harus menarik perhatian pembaca, agar masyarakat tertarik untuk tahu tentang berita yang akan disampaikan. Kedua, berdasarkan fakta dan kenyataan. Setiap berita yang diberikan kepada masyarakat harus sesuai dengan fakta yang ada. Namun tidak setiap fakta dapat dijadikan berita, hanya fakta yang bermanfaat bagi masyarakat luas yang layak diberitakan. Ketiga, terkini dan aktual atau bersifat up to date menginformasikan kejadian-kejadian yang bar terjadi. Keempat, sebuah berita harus menggunakan kalimat yang jelas dan pilihan kata yang tepat dalam penyampaian informasi, agar pembaca berita mudah dalam mencerna informasi sehingga tujuan dalam penyampaian berita sampai ke masyarakat.
Jika dikelompokkan berdasarkan sifatnya, maka berita akan terbagi menjadi dua, yaitu berita positif dan negatif. Berita positif adalah berita yang memuat tentang hal-hal positif seperti prestasi, motivasi, tips-tips bermanfaat, dan informasi-informasi yang bermanfaat bagi masyarakat serta dapat memotivasi dan menambah pengetahuan. Sedangkan berita yang sifatnya negatif adalah berita yang mengabarkan tentang hal-hal yang meresahkan masyarakat, berita yang tidak jelas kebenarannya atau hoaks yang dapat menyebabkan kekhawatiran dan rasa takut di masyarakat.
Sekarang ini, porsi penyebaran berita negatif lebih banyak dari pada berita positif. Kita lihat saja, saat ini lebih banyak berita tentang pembunuhan, perampokan, pencurian, kekerasan, pelecehan, dan hal-hal negatif lainnya. Berita-berita tersebut seperti mencerminkan bahwa tindak kejahatan sudah terjadi di mana-mana, dan menipisnya rasa kemanusiaan manusia.
Headline media massa juga banyak dihiasi oleh berita-berita bersifat negatif. Lebih mirisnya, topik yang ada dijadikan headline hanya berita yang sedang viral saja, tanpa memikirkan berita tersebut penting atau tidak bagi masyarakat luas. Bagus jika berita yang viral tersebut bermanfaat bagi masyarakat, namun sayangnya, kebanyakan berita yang diinformasikan hanyalah dugaan-dugaan tak mendasar yang ditulis dengan menarik agar masyarakat tergugah. Lalu apa yang didapatkan masyarakat setelah membacanya? Tidak ada, hanya tulisan yang disudahi dengan kalimat penutup rancu, tanpa kesimpulan pasti.
Berita negatif memang lebih menarik untuk dibaca, kita semua mengakui itu. Kita sebagai masyarakat tentunya lebih tertarik membaca judul berita yang menghebohkan dan menggemparkan, daripada berita positif dengan judul menarik sekali pun. Kita selalu refleks melihat sesuatu yang buruk dahulu, daripada yang baik, karena sudah menjadi kebiasaan dalam hidup, sesuatu yang buruk itu lebih menarik dari yang baik.
Ada sebuah adagium (pepatah) yang sudah menjadi hal yang lumrah di dunia jurnalistik yaitu ”bad news is good news”. Kabar buruk adalah berita yang bagus. Pepatah itu tercermin dalam banyak pemberitaan di media massa dewasa ini. Dari banyaknya pemberitaan tersebut, seolah-olah menggambarkan bahwa dunia hanya diisi kejadian-kejadian yang mencemaskan. Porsi pemberitaan berita baik, porsinya kecil dan jarang sekali ada media yang menempatkannya di halaman pertama. Berita-berita negatif selalu menjadi headline andalan media-media massa guna menarik perhatian publik.
Walaupun kabar-kabar buruk atau negatif itu memang sesuai fakta, akan tetapi tidak sedikit yang cemas hal itu bisa berdampak buruk bagi psikologis pembaca. Apalagi di era media sosial seperti sekarang, ketika kekerasan verbal dan hoaks berseliweran seperti tak ada hentinya. Penyebaran hoaks di kalangan masyarakat sudah tak terbendung lagi, berita-berita yang masih belum jelas titik temunya langsung disebar ke masyarakat, tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan. Penyebaran berita-berita hoaks paling banyak diberitakan melalui media sosial, hal tersebut terjadi karena mudahnya akses pengguna untuk membagikan sesuatu yang ingin ia bagikan.
Porsi keberadaan berita positif saat ini memang lebih sedikit dari pada berita-berita yang sifatnya negatif. Memang, di satu sisi, berita berita negatif bermanfaat guna menginformasikan ke masyarakat luas akan kejadian terbaru dan agar masyarakat menjadi mawas diri dari berbagai tindakan kejahatan, dan juga secara tidak langsung menjadi kontrol sosial bagi masyarakat. Tapi, jika terlalu banyak memaparkan berita-berita yang isinya konten kekerasan, dan sejenisnya, hal tersebut dapat meresahkan masyarakat, dan bisa jadi memotivasi orang lain untuk melakukan tindakan kejahatan yang sama seperti di berita yang ia saksikan. Karena kita lebih mudah belajar dari sesuatu yang kita saksikan.
Media massa dan sosial, sebagai penyedia konten berita, harus bisa membagikan berita yang seimbang, aktual, dan dapat dipertanggungjawabkan. Memberitakan kejadian-kejadian terbaru disertai dengan konten-konten positif dan memotivasi masyarakat. Selain itu harus memberikan porsi yang sama antara berita positif dan negatif. Kemudian, kita sebagai masyarakat juga harus bijak dalam menjadi pembaca atau penerima informasi. Pintar dalam memilih dan memilah berita-berita yang baik dan menjadi seorang pembelajar, belajar dari kesalahan-kesalahan orang lain, agar kita bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Juga pintar dalam menelaah informasi, gemar membaca sampai akhir, kemudian baru membagikan berita yang didapat, bila dirasa berguna untuk orang lain.
Positif dan negatif memang akan selalu menjadi kutub-kutub yang menghiasi kehidupan kita sebagai masyarakat, termasuk di dunia pemberitaan. Oleh karenanya, platform penyedia berita harus seimbang dalam menentukan porsi beritanya. Mengemas berita positif dengan menarik agar masyarakat tergugah dan menyajikan berita negatif yang bersifat menginformasi dan memberi pembelajaran bagi masyarakat agar tidak timbul keresahan di kehidupan masyarakat. Media harus bisa memberikan rasa aman bagi masyarakat sekali pun berita yang disajikan berisi sesuatu yang bisa menimbulkan keresahan.
*) Penulis merupakan Mahasiswi Jurusan Ilmu 2019 Komunikasi FISIP Universitas Andalas