Oleh : Fauzan Fajari*
Tempat wisata biasanya dijadikan sebagai pusat rekreasi saat liburan, baik libur akhir pekan akhir, libur nasional, maupun libur panjang. Salah satu tempat wisata yang tak pernah sepi peminat adalah pantai, namun sayangnya belum semua pantai yang memiliki tempat salat yang memadai. Hal ini mengakibatkan masyarakat melupakan waktu untuk beribadah atau justru membuat mereka ogah berlama-lama di tempat wisata tersebut karena harus mengejar waktu salat.
Dewasa ini, di sekitaran pantai telah banyak berdiri masjid sebagai pendukung kebutuhan masyarakat terutama wisatawan dalam memenuhi kewajibannya sebagai hamba. Fungsi masjid saat ini tidak hanya sekadar tempat beribadah, namun beberapa masjid dibuat dengan sedemikian rupa agar menarik minat wisatawan yang ada. Sehingga selain beribadah, masjid juga berperan sebagai pusat wisata religi.
Salah satu pantai yang memiliki masjid untuk menambah semarak tempat wisata adalah Pantai Carocok, Painan. Pantai tersebut terletak di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) sekitar 70 kilometer dari Kota Padang. Masjid yang baru diresmikan pada 5 Februari 2021 lalu itu bernama Masjid Samudera Illahi atau juga dikenal sebagai Masjid Terapung. Seperti namanya, masjid tersebut berada di atas bibir pantai sehingga terlihat seperti terapung. Berdasarkan detik.com, Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni mengatakan masjid ini dibangun di atas lahan seluas 1.795 meter persegi dan menelan biaya sebesar 27,5 miliar rupiah.
Saat peresmian masjid, Bupati Pessel menjelaskan filosofi penamaan Mesjid Samudera Illahi tersebut. Ia mengatakan bahwasanya, dengan memasuki Masjid Terapung Samudera Illahi dapat menyadarkan umat seolah sedang memasuki lautan ketuhanan dengan segala sifat-sifat, kebesaran, keagungan dan kehalusan Allah SWT.
Pada Kamis (11/2) malam, saya yang penasaran dengan kemegahan masjid tersebut akhirnya berangkat menuju Pantai Carocok, Painan. Saya berangkat menggunakan sepeda motor, jalan yang ditempuh cukup bagus. Di sepanjang jalan di kecamatan Koto XI Tarusan, saya banyak melewati jalan di tepi lereng bukit dengan tikungan tajam. Sekitar dua jam kemudian, saya sampai di Pantai Carocok Painan.
Saat memasuki kompleks Pantai Carocok, terlihat cukup banyak pengunjung yang datang. Selain pengunjung juga terdapat sejumlah pedagang yang menjajakan beragam makanan dan minuman, serta berbagai suvenir seperti baju dan lain-lainnya di dalam kompleks tersebut. Masih di sekitaran pantai, ada banyak mobil dan motor mini yang disewakan untuk anak-anak, juga tersedia ukuran dewasa. Mobil mini ini berbentuk seperti mobil pada umumnya yang dirangkai sedemikian rupa dan digerakkan dengan cara dikayuh. Untuk mempercantik tampilannya, mobil ini dilengkapi lampu di sekeliling kerangkanya.
Puas melihat sekeliling kompleks Pantai Carocok, saya menuju Masjid Terapung, berada di dekat Batu Kureta. Di sana telah ramai pula orang yang melihat-lihat dan berfoto mengabadikan masjid yang unik tersebut. Walau sudah diresmikan pada Jumat lalu, saya lihat beberapa bagian masjid seperti halaman dan tempat parkirnya belum selesai secara keseluruhan, namun sudah bisa digunakan untuk tempat salat. Masjid ini dapat menampung jamaah sebanyak 300 orang.
Di dekat kompleks masjid, terlihat ada alat berat yang tak lain adalah derek menara (tower crane). Salah satu bagiannya menghadap ke halaman masjid, sehingga jika memotret dari depan akan menutupi kubah masjid. Secara keseluruhan, taman masjid dan halaman sekelilingnya cukup luas. Suasana di sana juga terasa menyejukkan karena berdekatan dengan laut.
Salah seorang pengunjung bernama Alyuda Ramadhan (21) mengaku senang saat mengunjungi masjid tersebut. Ia merasa masjid tersebut nantinya dapat menarik lebih banyak wisatawan yang berkunjung ke Pantai Carocok. Dia berharap masjid yang indah ini tidak hanya dijadikan sebagai tempat berfoto.
“Bagus, ini bisa jadi daya tarik tersendiri. Semoga menambah indah pantai dan menjadikannya sebagai tempat ibadah yang memadai untuk para wisatawan yang datang,” kata Alyuda di Masjid Terapung, Kamis (11/2/2021).
Hari makin gelap dan hawa dingin sudah mulai terasa. Saya yang telah melewati waktu Isya jadinya tidak dapat mengikuti salat berjamaah. Saya hanya mengitari masjid tersebut dan mengambil beberapa gambar sebagai kenang-kenangan. Setelahnya saya pun berangkat menuju rumah. Dalam perjalanan pulang, karena melewati jalan yang berdekatan dengan pantai, saya dapat melihat dengan jelas gemerlap lampu Masjid Terapung dari kejauhan. Begitu indah dan menawan, menggoda saya untuk datang kembali di lain kesempatan.
*) Penulis merupakan Mahasiswa Jurusan Kimia 2018 Fakultas MIPA Universitas Andalas